Rabu, 20 Mei 2015

Top 10 Playlists on My Phone

Hello guys! Again, sekarang saya bakal bahas sesuatu yang ga sesuai sama tema blog ini, tapi saya mau share lagu-lagu yang terus ada di playlist saya, ini dia 10 lagu favorit saya, semoga bermanfaat
1. Miracles - Coldplay
Lagu ini merupakan soundtrack dari film Unbroken yang juga jadi film paling favorit buat saya, liriknya pokoknya meaningful dan mengiinspirasi banget deh

unduh disini

2. Photograph - Ed Sheeran

Unduh disini

3. Autumn Leaves - Ed Sheeran

Unduh disini

4. A Step You Can't Take Back - Keira Knightley

Unduh disini

5. Centuries - Fall Out Boy

Unduh disini

6. Ink - Coldplay

Unduh disini

7. Pompeii - Bestille

Unduh disini

8. Angels Forever - Lana Del Rey

Unduh disini

9. Young and Beautiful - Lana Del Rey

Unduh disini

10. Demons - Imagine Dragons

Unduh disini

Rabu, 06 Mei 2015

Cara Membuat Akun Gmail

Halo sobat! Kali ini saya tidak akan membahas mengenai sejarah,meskipun kali ini saya akan keluar dari tema blog saya, saya akan memposting cara membuat akun gmail, karena saya rasa Gmail merupakan akun utama untuk membuat akun lainnya. Untuk lebih lanjut, silakan sobat membuka link dibawah ini.

https://drive.google.com/open?id=0B-ON4GbdzVdwZnNaTVRkRXI4Rnc&authuser=0

Crusades : Perang Salib

Perang Salib[2][3][4] adalah gerakan umat Kristen di Eropa yang memerangi umat Muslim[5][6] di Palestina secara berulang-ulang mulai abad ke-11 sampai abad ke-13, dengan tujuan untuk merebut Tanah Suci dari kekuasaan kaum Muslim dan mendirikan gereja dan kerajaan Latin di Timur.[7] Dinamakan Perang Salib, karena setiap orang Eropa yang ikut bertempur dalam peperangan memakai tanda salib pada bahu, lencana dan panji-panji mereka.[8]
Istilah ini juga digunakan untuk ekspedisi-ekspedisi kecil yang terjadi selama abad ke-16 di wilayah di luar Benua Eropa, biasanya terhadap kaum pagan dan kaum non-Kristiani untuk alasan campuran; antara agama, ekonomi, dan politik. Skema penomoran tradisional atas Perang Salib memasukkan 9 ekspedisi besar ke Tanah Suci selama Abad ke-11 sampai dengan Abad ke-13. “Perang Salib” lainnya yang tidak bernomor berlanjut hingga Abad ke-16 dan berakhir ketika iklim politik dan agama di Eropa berubah secara signifikan selama masa Renaissance.
Perang Salib pada hakikatnya bukan perang agama, melainkan perang merebut kekuasaan daerah. Hal ini dibuktikan bahwa tentara Salib dan tentara Muslim saling bertukar ilmu pengetahuan.
Perang Salib berpengaruh sangat luas terhadap aspek-aspek politik, ekonomi dan sosial, yang mana beberapa bahkan masih berpengaruh sampai masa kini. Karena konfilk internal antara kerajaan-kerajaan Kristen dan kekuatan-kekuatan politik, beberapa ekspedisi Perang Salib (seperti Perang Salib Keempat) bergeser dari tujuan semulanya dan berakhir dengan dijarahnya kota-kota Kristen, termasuk ibukota Byzantium, Konstantinopel-kota yang paling maju dan kaya di benua Eropa saat itu. Perang Salib Keenam adalah perang salib pertama yang bertolak tanpa restu resmi dari gereja Katolik, dan menjadi contoh preseden yang memperbolehkan penguasa lain untuk secara individu menyerukan perang salib dalam ekspedisi berikutnya ke Tanah Suci. Konflik internal antara kerajaan-kerajaan Muslim dan kekuatan-kekuatan politik pun mengakibatkan persekutuan antara satu faksi melawan faksi lainnya seperti persekutuan antara kekuatan Tentara Salib dengan Kesultanan Rum yang Muslim dalam Perang Salib Kelima.

Situasi dan latar belakang

Situasi di Eropa

Asal mula ide perang salib adalah perkembangan yang terjadi di Eropa Barat sebelumnya pada Abad Pertengahan, selain itu juga menurunnya pengaruh Kekaisaran Byzantium di timur yang disebabkan oleh gelombang baru serangan Muslim Turki. Pecahnya Kekaisaran Carolingian pada akhir Abad Ke-9, dikombinasikan dengan stabilnya perbatasan Eropa sesudah peng-Kristen-an bangsa-bangsa Viking, Slavia, dan Magyar, telah membuat kelas petarung bersenjata yang energinya digunakan secara salah untuk bertengkar satu sama lain dan meneror penduduk setempat. Gereja berusaha untuk menekan kekerasan yang terjadi melalui gerakan-gerakan Pax Dei dan Treuga Dei. Usaha ini dinilai berhasil, akan tetapi para ksatria yang berpengalaman selalu mencari tempat untuk menyalurkan kekuatan mereka dan kesempatan untuk memperluas daerah kekuasaan pun menjadi semakin tidak menarik. Pengecualiannya adalah saat terjadi Reconquista di Spanyol dan Portugal, dimana pada saat itu ksatria-ksatria dari Iberia dan pasukan lain dari beberapa tempat di Eropa bertempur melawan pasukan Moor Islam, yang sebelumnya berhasil menyerang dan menaklukan sebagian besar Semenanjung Iberia dalam kurun waktu 2 abad dan menguasainya selama kurang lebih 7 abad.
Pada tahun 1063, Paus Alexander II memberikan restu kepausan bagi kaum Kristen Iberia untuk memerangi kaum Muslim. Paus memberikan baik restu kepausan standar maupun pengampunan bagi siapa saja yang terbunuh dalam pertempuran tersebut. Maka, permintaan yang datang dari Kekaisaran Byzantium yang sedang terancam oleh ekspansi kaum Muslim Seljuk, menjadi perhatian semua orang di Eropa. Hal ini terjadi pada tahun 1074, dari Kaisar Michael VII kepada Paus Gregorius VII dan sekali lagi pada tahun 1095, dari Kaisar Alexius I Comnenus kepada Paus Urbanus II.
Perang Salib adalah sebuah gambaran dari dorongan keagamaan yang intens yang merebak pada akhir abad ke-11 di masyarakat. Seorang tentara Salib, sesudah memberikan sumpah sucinya, akan menerima sebuah salib dari Paus atau wakilnya dan sejak saat itu akan dianggap sebagai “tentara gereja”. Hal ini sebagian adalah karena adanya Kontroversi Pentahbisan, yang berlangsung mulai tahun 1075 dan masih berlangsung selama Perang Salib Pertama. Karena kedua belah pihak yang terlibat dalam Kontroversi Pentahbisan berusaha untuk menarik pendapat publik, maka masyarakat menjadi terlibat secara pribadi dalam pertentangan keagamaan yang dramatis. Hasilnya adalah kebangkitan semangat Kristen dan ketertarikan publik pada masalah-masalah keagamaan. Hal ini kemudian diperkuat oleh propaganda keagamaan tentang Perang untuk Keadilan untuk mengambil kembali Tanah Suci – yang termasuk Yerusalem (dimana kematian, kebangkitan dan pengangkatan Yesus ke Surga terjadi menurut ajaran Kristen) dan Antiokhia (kota Kristen yang pertama) - dari orang Muslim. Selanjutnya, “Penebusan Dosa” adalah faktor penentu dalam hal ini. Ini menjadi dorongan bagi setiap orang yang merasa pernah berdosa untuk mencari cara menghindar dari kutukan abadi di Neraka. Persoalan ini diperdebatkan dengan hangat oleh para tentara salib tentang apa sebenarnya arti dari “penebusan dosa” itu. Kebanyakan mereka percaya bahwa dengan merebut Yerusalem kembali, mereka akan dijamin masuk surga pada saat mereka meninggal dunia. Akan tetapi, kontroversi yang terjadi adalah apa sebenarnya yang dijanjikan oleh paus yang berkuasa pada saat itu. Suatu teori menyatakan bahwa jika seseorang gugur ketika bertempur untuk Yerusalemlah “penebusan dosa” itu berlaku. Teori ini mendekati kepada apa yang diucapkan oleh Paus Urbanus II dalam pidato-pidatonya. Ini berarti bahwa jika para tentara salib berhasil merebut Yerusalem, maka orang-orang yang selamat dalam pertempuran tidak akan diberikan “penebusan”. Teori yang lain menyebutkan bahwa jika seseorang telah sampai ke Yerusalem, orang tersebut akan dibebaskan dari dosa-dosanya sebelum Perang Salib. Oleh karena itu, orang tersebut akan tetap bisa masuk Neraka jika melakukan dosa sesudah Perang Salib. Seluruh faktor inilah yang memberikan dukungan masyarakat kepada Perang Salib Pertama dan kebangkitan keagamaan pada abad ke-12.

Situasi Timur Tengah

Keberadaan Muslim di Tanah Suci harus dilihat sejak penaklukan bangsa Arab terhadap Palestina dari tangan Kekaisaran Bizantium pada abad ke-7. Hal ini sebenarnya tidak terlalu memengaruhi penziarahan ke tempat-tempat suci kaum Kristiani atau keamanan dari biara-biara dan masyarakat Kristen di Tanah Suci Kristen ini. Sementara itu, bangsa-bangsa di Eropa Barat tidak terlalu perduli atas dikuasainya Yerusalem–yang berada jauh di Timur–sampai ketika mereka sendiri mulai menghadapi invasi dari orang-orang Islam dan bangsa-bangsa non-Kristen lainnya seperti bangsa Viking dan Magyar. Akan tetapi, kekuatan bersenjata kaum Muslim Turki Saljuk yang berhasil memberikan tekanan yang kuat kepada kekuasaan Kekaisaran Byzantium yang beragama Kristen Ortodoks Timur.[9]
Titik balik lain yang berpengaruh terhadap pandangan Barat kepada Timur adalah ketika pada tahun 1009, kalifah Bani Fatimiyah, Al-Hakim bi-Amr Allah memerintahkan penghancuran Gereja Makam Kudus (Church of the Holy Sepulchre).[10] Penerusnya memperbolehkan Kekaisaran Byzantium untuk membangun gereja itu kembali dan memperbolehkan para peziarah untuk berziarah di tempat itu lagi. Akan tetapi, banyak laporan yang beredar di Barat tentang kekejaman kaum Muslim terhadap para peziarah Kristen. Laporan yang didapat dari para peziarah yang pulang ini kemudian memainkan peranan penting dalam perkembangan Perang Salib pada akhir abad itu.

Penyebab langsung

Penyebab langsung dari Perang Salib Pertama adalah permohonan Kaisar Alexius I kepada Paus Urbanus II untuk menolong Kekaisaran Byzantium dan menahan laju invasi tentara Muslim ke dalam wilayah kekaisaran tersebut.[11][12] Hal ini dilakukan karena sebelumnya pada tahun 1071, Kekaisaran Byzantium telah dikalahkan oleh pasukan Seljuk yang dipimpin oleh Sulthan Alp Arselan di Pertempuran Manzikert, yang hanya berkekuatan 15.000 prajurit, dalam peristiwa ini berhasil mengalahkan tentara Romawi yang berjumlah 40.000 orang, terdiri dari tentara Romawi, Ghuz, al-Akraj, al-Hajr, Perancis dan Armenia. Dan kekalahan ini berujung kepada dikuasainya hampir seluruh wilayah Asia Kecil (Turki modern). Meskipun Pertentangan Timur-Barat sedang berlangsung antara gereja Katolik Barat dengan gereja Ortodoks Timur, Alexius I mengharapkan respon yang positif atas permohonannya. Bagaimanapun, respon yang didapat amat besar dan hanya sedikit bermanfaat bagi Alexius I. Paus menyeru bagi kekuatan invasi yang besar bukan saja untuk mempertahankan Kekaisaran Byzantium, akan tetapi untuk merebut kembali Yerusalem, setelah Dinasti Seljuk dapat merebut Baitul Maqdis pada tahun 1078 dari kekuasaan dinasti Fatimiyah yang berkedudukan di Mesir. Umat Kristen merasa tidak lagi bebas beribadah sejak Dinasti Seljuk menguasai Baitul Maqdis.
Ketika Perang Salib Pertama didengungkan pada 27 November 1095[13], para pangeran Kristen dari Iberia sedang bertempur untuk keluar dari pegunungan Galicia dan Asturia, wilayah Basque dan Navarre, dengan tingkat keberhasilan yang tinggi, selama seratus tahun. Kejatuhan bangsa Moor Toledo kepada Kerajaan León pada tahun 1085 adalah kemenangan yang besar. Ketidakbersatuan penguasa-penguasa Muslim merupakan faktor yang penting dan kaum Kristen yang meninggalkan para wanitanya di garis belakang amat sulit untuk dikalahkan. Mereka tidak mengenal hal lain selain bertempur. Mereka tidak memiliki taman-taman atau perpustakaan untuk dipertahankan. Para ksatria Kristen ini merasa bahwa mereka bertempur di lingkungan asing yang dipenuhi oleh orang kafir sehingga mereka dapat berbuat dan merusak sekehendak hatinya. Seluruh faktor ini kemudian akan dimainkan kembali di lapangan pertempuran di Timur. Ahli sejarah Spanyol melihat bahwa Reconquista adalah kekuatan besar dari karakter Castilia, dengan perasaan bahwa kebaikan yang tertinggi adalah mati dalam pertempuran mempertahankan ke-Kristen-an suatu Negara.

Perang

Perang Salib I

Pada musim semi tahun 1095 M, 150.000 orang Eropa, sebagian besar bangsa Perancis dan Norman[14], berangkat menuju Konstantinopel, kemudian ke Palestina. Tentara Salib yang dipimpin oleh Godfrey, Bohemond, dan Raymond ini memperoleh kemenangan besar. Pada tanggal 18 Juni 1097 mereka berhasil menaklukkan Nicea dan tahun 1098 M menguasai Raha (Edessa). Di sini mereka mendirikan County Edessa dengan Baldwin sebagai raja. Pada tahun yang sama mereka dapat menguasai Antiokhia dan mendirikan Kepangeranan Antiokhia di Timur, Bohemond dilantik menjadi rajanya. Mereka juga berhasil menduduki Baitul Maqdis (Yerusalem) pada 15 Juli 1099 M[15] dan mendirikan Kerajaan Yerusalem dengan rajanya, Godfrey. Setelah penaklukan Baitul Maqdis itu, tentara Salib melanjutkan ekspansinya. Mereka menguasai kota Akka (1104 M), Tripoli (1109 M) dan kota Tyre (1124 M). Di Tripoli mereka mendirikan County Tripoli, rajanya adalah Raymond.
Selanjutnya, Syeikh Imaduddin Zengi pada tahun 1144 M, penguasa Mosul dan Irak, berhasil menaklukkan kembali Aleppo, Hamimah, dan Edessa. Namun ia wafat tahun 1146 M. Tugasnya dilanjutkan oleh puteranya, Syeikh Nuruddin Zengi. Syeikh Nuruddin berhasil merebut kembali Antiokhia pada tahun 1149 M dan pada tahun 1151 M, seluruh Edessa dapat direbut kembali.

Perang Salib II

Kejatuhan County Edessa ini menyebabkan orang-orang Kristen mengobarkan Perang Salib kedua.[16][17] Paus Eugenius III menyampaikan perang suci yang disambut positif oleh raja Perancis Louis VII dan raja Jerman Conrad II. Keduanya memimpin pasukan Salib untuk merebut wilayah Kristen di Syria. Akan tetapi, gerak maju mereka dihambat oleh Syeikh Nuruddin Zengi. Mereka tidak berhasil memasuki Damaskus. Louis VII dan Conrad II sendiri melarikan diri pulang ke negerinya. Syeikh Nuruddin wafat tahun 1174 M. Pimpinan perang kemudian dipegang oleh Sultan Shalahuddin al-Ayyubi yang berhasil mendirikan dinasti Ayyubiyah di Mesir tahun 1175 M, setelah berhasil mencegah pasukan salib untuk menguasai Mesir. Hasil peperangan Shalahuddin yang terbesar adalah merebut kembali Yerusalem pada tahun 1187 M, setelah beberapa bulan sebelumnya dalam Pertempuran Hittin, Shalahuddin berhasil mengalahkan pasukan gabungan County Tripoli dan Kerajaan Yerusalaem melalui taktik penguasaan daerah. Dengan demikian berakhirlah Kerajaan Latin di Yerussalem yang berlangsung selama 88 tahun berakhir. Sehabis Yerusalem, tinggal Tirus merupakan kota besar Kerajaan Yerusalem yang tersisa. Tirus yang saat itu dipimpin oleh Conrad dari Montferrat berhasil sukses dari pengepungan yang dilakukan Shalahuddin sebanyak dua kali. Shalahuddin kemudian mundur dan menaklukan kota lain, seperti Arsuf dan Jaffa.

Perang Salib III

Jatuhnya Yerussalem ke tangan kaum Muslim sangat memukul perasaan Tentara Salib. Mereka pun menyusun rencana balasan. Selanjutnya, Tentara Salib dipimpin oleh Frederick Barbarossa raja Jerman, Richard si Hati Singa raja Inggris, dan Philip Augustus raja Perancis memunculkan Perang Salib III.[18] Pasukan ini bergerak pada tahun 1189 M dengan dua jalur berbeda. Pasukan Richard dan Philip melalui jalur laut dan pasukan Barbarossa - saat itu merupakan yang terbanyak di Eropa - melalui jalur darat, melewati Konstantinopel. Namun, Barbarossa meninggal di daerah Cilicia karena tenggelam di sungai, sehingga menyisakan Richard dan Philip. Sebelum menuju Tanah Suci, Richard dan Philip sempat menguasai Siprus dan mendirikan Kerajaan Siprus. Meskipun mendapat tantangan berat dari Shalahuddin, namun mereka berhasil merebut Akka yang kemudian dijadikan ibu kota kerajaan Latin. Philip kemudian balik ke Perancis untuk "menyelesaikan" masalah kekuasaan di Perancis dan hanya tinggal Richard yang melanjutkan Perang Salib III. Richard tidak mampu memasuki Palestina lebih jauh, meski bisa beberapa kali mengalahkan Shalahuddin. Pada tanggal 2 Nopember 1192 M, dibuat perjanjian antara Tentara Salib dengan Shalahuddin yang disebut dengan Shulh al-Ramlah. Dalam perjanjian ini disebutkan bahwa orang-orang Kristen yang pergi berziarah ke Baitul Maqdis tidak akan diganggu.[19]

Perang Salib IV

Pada tahun 1219 M, meletus kembali peperangan yang dikenal dengan Perang Salib periode keenam, dimana tentara Kristen dipimpin oleh raja Jerman, Frederik II, mereka berusaha merebut Mesir lebih dahulu sebelum ke Palestina, dengan harapan dapat bantuan dari orang-orang Kristen Koptik. Dalam serangan tersebut, mereka berhasil menduduki Dimyath, raja Mesir dari Dinasti Ayyubiyah waktu itu, al-Malik al-Kamil, membuat penjanjian dengan Frederick. Isinya antara lain Frederick bersedia melepaskan Dimyath, sementara al-Malik al-Kamil melepaskan Palestina, Frederick menjamin keamanan kaum muslimin di sana, dan Frederick tidak mengirim bantuan kepada Kristen di Syria. Dalam perkembangan berikutnya, Palestina dapat direbut kembali oleh kaum muslimin tahun 1247 M, pada masa pemerintahan al-Malik al-Shalih, penguasa Mesir selanjutnya.
Ketika Mesir dikuasai oleh Dinasti Mamalik yang menggantikan posisi Dinasti Ayyubiyyah, pimpinan perang dipegang oleh Baibars, Qalawun, dan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah. Pada masa merekalah Akka dapat direbut kembali oleh kaum Muslim tahun 1291 M. Demikianlah Perang Salib yang berkobar di Timur. Perang ini tidak berhenti di Barat, di Spanyol, sampai umat Islam terusir dari sana.

Kondisi sesudah Perang Salib

Perang Salib Pertama melepaskan gelombang semangat perasaan paling suci sendiri yang diekspresikan dengan pembantaian terhadap orang-orang Yahudi yang menyertai pergerakan tentara Salib melintasi Eropa dan juga perlakuan kasar terhadap pemeluk Kristen Ortodoks Timur. Kekerasan terhadap Kristen Ortodoks ini berpuncak pada penjarahan kota Konstantinopel pada tahun 1024, dimana seluruh kekuatan tentara Salib ikut serta. Selama terjadinya serangan-serangan terhadap orang Yahudi, pendeta lokal dan orang Kristen berupaya melindungi orang Yahudi dari pasukan Salib yang melintas. Orang Yahudi seringkali diberikan perlindungan di dalam gereja atau bangunan Kristen lainnya, akan tetapi, massa yang beringas selalu menerobos masuk dan membunuh mereka tanpa pandang bulu.
Pada abad ke-13, perang salib tidak pernah mencapai tingkat kepopuleran yang tinggi di masyarakat. Sesudah kota Akka jatuh untuk terakhir kalinya pada tahun 1291 dan sesudah penghancuran bangsa Ositania (Perancis Selatan) yang berpaham Katarisme pada Perang Salib Albigensian, ide perang salib mengalami kemerosotan nilai yang diakibatkan oleh pembenaran lembaga Kepausan terhadap agresi politik dan wilayah yang terjadi di Katolik Eropa.
Orde Ksatria Salib mempertahankan wilayah adalah orde Ksatria Hospitaller. Sesudah kejatuhan Akka yang terakhir, orde ini menguasai Pulau Rhodes dan pada abad ke-16 dibuang ke Malta. Tentara-tentara Salib yang terakhir ini akhirnya dibubarkan oleh Napoleon Bonaparte pada tahun 1798.

Peninggalan

Benua Eropa

Perang Salib selalu dikenang oleh bangsa-bangsa di Eropa bagian Barat dimana pada masa Perang Salib merupakan negara-negara Katolik Roma. Perang Salib juga menimbulkan kenangan pahit.[20] Banyak pula kritikan pedas terhadap Perang Salib di negara-negara Eropa Barat pada masa Renaissance.[21][22]

Politik dan Budaya

Perang Salib amat memengaruhi Eropa pada Abad Pertengahan.[23] Pada masa itu, sebagian besar benua dipersatukan oleh kekuasaan Kepausan, akan tetapi pada abad ke-14, perkembangan birokrasi yang terpusat (dasar dari negara-bangsa modern) sedang pesat di Perancis, Inggris, Burgundi, Portugal, Castilia dan Aragon. Hal ini sebagian didorong oleh dominasi gereja pada masa awal perang salib.
Meski benua Eropa telah bersinggungan dengan budaya Islam selama berabad-abad melalui hubungan antara Semenanjung Iberia dengan Sisilia, banyak ilmu pengetahuan di bidang-bidang sains, pengobatan dan arsitektur diserap dari dunia Islam ke dunia Barat selama masa perang salib.
Pengalaman militer perang salib juga memiliki pengaruh di Eropa, seperti misalnya, kastil-kastil di Eropa mulai menggunakan bahan dari batu-batuan yang tebal dan besar seperti yang dibuat di Timur, tidak lagi menggunakan bahan kayu seperti sebelumnya. Sebagai tambahan, tentara Salib dianggap sebagai pembawa budaya Eropa ke dunia, terutama Asia.
Bersama perdagangan, penemuan-penemuan dan penciptaan-penciptaan sains baru mencapai timur atau barat. Kemajuan bangsa Arab termasuk perkembangan aljabar, lensa dan lain lain mencapai barat dan menambah laju perkembangan di universitas-universitas Eropa yang kemudian mengarahkan kepada masa Renaissance pada abad-abad berikutnya.

Perdagangan

Kebutuhan untuk memuat, mengirimkan dan menyediakan balatentara yang besar menumbuhkan perdagangan di seluruh Eropa. Jalan-jalan yang sebagian besar tidak pernah digunakan sejak masa pendudukan Romawi, terlihat mengalami peningkatan disebabkan oleh para pedagang yang berniat mengembangkan usahanya. Ini bukan saja karena Perang Salib mempersiapkan Eropa untuk bepergian akan tetapi lebih karena banyak orang ingin bepergian setelah diperkenalkan dengan produk-produk dari timur. Hal ini juga membantu pada masa-masa awal Renaissance di Itali, karena banyak negara-kota di Itali yang sejak awal memiliki hubungan perdagangan yang penting dan menguntungkan dengan negara-negara Salib, baik di Tanah Suci maupun kemudian di daerah-daerah bekas Byzantium.
Pertumbuhan perdagangan membawa banyak barang ke Eropa yang sebelumnya tidak mereka kenal atau amat jarang ditemukan dan sangat mahal. Barang-barang ini termasuk berbagai macam rempah-rempah, gading, batu-batu mulia, teknik pembuatan barang kaca yang maju, bentuk awal dari mesiu, jeruk, apel, hasil-hasil tanaman Asia lainnya dan banyak lagi.
Keberhasilan untuk melestarikan Katolik Eropa, bagaimanapun, tidak dapat mengabaikan kejatuhan Kekaisaran Kristen Byzantium, yang sebagian besar diakibatkan oleh kekerasan tentara Salib pada Perang Salib Keempat terhadap Kristen Orthodox Timur, terutama pembersihan yang dilakukan oleh Enrico Dandolo yang terkenal, penguasa Venesia dan sponsor Perang Salib Keempat. Tanah Byzantium adalah negara Kristen yang stabil sejak abad ke-4. Sesudah tentara Salib mengambil alih Konstantinopel pada tahun 1204, Byzantium tidak pernah lagi menjadi sebesar atau sekuat sebelumnya dan akhirnya jatuh pada tahun 1453.
Melihat apa yang terjadi terhadap Byzantium, Perang Salib lebih dapat digambarkan sebagai perlawanan Katolik Roma terhadap ekspansi Islam, ketimbang perlawanan Kristen secara utuh terhadap ekspansi Islam. Di lain pihak, Perang Salib Keempat dapat disebut sebuah anomali. Kita juga dapat mengambil suatu kompromi atas kedua pendapat di atas, khususnya bahwa Perang Salib adalah cara Katolik Roma utama dalam menyelamatkan Katolikisme, yaitu tujuan yang utama adalah memerangi Islam dan tujuan yang kedua adalah mencoba menyelamatkan ke-Kristen-an, dalam konteks inilah, Perang Salib Keempat dapat dikatakan mengabaikan tujuan yang kedua untuk memperoleh bantuan logistik bagi Dandolo untuk mencapai tujuan yang utama. Meski begitu, Perang Salib Keempat ditentang oleh Paus pada saat itu dan secara umum dikenang sebagai suatu kesalahan besar.

Dunia Islam

Perang salib memiliki efek yang buruk tetapi terlokalisir pada dunia Islam.[24] Dimana persamaan antara “Bangsa Frank” dengan “Tentara Salib” meninggalkan bekas yang amat dalam. Muslim secara tradisional mengelu-elukan Saladin, seorang ksatria Kurdi, sebagai pahlawan Perang Salib. Pada abad ke-21, sebagian dunia Arab, seperti gerakan kemerdekaan Arab dan gerakan Pan-Islamisme masih terus menyebut keterlibatan dunia Barat di Timur Tengah sebagai “perang salib”. Perang Salib dianggap oleh dunia Islam sebagai pembantaian yang kejam dan keji oleh kaum Kristen Eropa.
Konsekuensi yang secara jangka panjang menghancurkan tentang perang salib, menurut ahli sejarah Peter Mansfield, adalah pembentukan mental dunia Islam yang cenderung menarik diri. Menurut Peter Mansfield, “Diserang dari berbagai arah, dunia Islam berpaling ke dirinya sendiri. Ia menjadi sangat sensitive dan defensive……sikap yang tumbuh menjadi semakin buruk seiring dengan perkembangan dunia, suatu proses dimana dunia Islam merasa dikucilkan, terus berlanjut.”

Komunitas Yahudi

Ilustrasi dalam Injil Perancis dari tahun 1250 yang menggambarkan pembantaian orang Yahudi (dikenali dari topinya yakni Judenhut) oleh tentara Salib
Terjadi kekerasan tentara Salib terhadap bangsa Yahudi[25][26][27] di kota-kota di Jerman dan Hongaria, belakangan juga terjadi di Perancis dan Inggris, dan pembantaian Yahudi di Palestina dan Syria menjadi bagian yang penting dalam sejarah Anti-Semit, meski tidak ada satu perang salib pun yang pernah dikumandangkan melawan Yahudi. Serangan-serangan ini meninggalkan bekas yang mendalam dan kesan yang buruk pada kedua belah pihak selama berabad-abad. Kebencian kepada bangsa Yahudi meningkat.[28] Posisi sosial bangsa Yahudi di Eropa Barat semakin merosot dan pembatasan meningkat selama dan sesudah Perang Salib. Hal ini memuluskan jalan bagi legalisasi Anti-Yahudi oleh Paus Innocentius III dan membentuk titik balik bagi Anti-Semit abad pertengahan.
Periode perang salib diungkapkan dalam banyak narasi Yahudi. Di antara narasi-narasi itu, yang terkenal adalah catatan-catatan Solomon bar Simson dan Rabbi Eliezer bar Nathan, “The Narrative of The Old Persecution” yang ditulis oleh Mainz Anonymus dan “Sefer Zekhirah” dan “The Book of Remembrance” oleh Rabbi Ephrain dari Bonn.

Pegunungan Kaukasus

Orang Armenia merupakan pendukung setia Tentara Salib.[29] Di Pegunungan Kaukasus di Georgia, di dataran tinggi Khevsureti yang terpencil, ada sebuah suku yang disebut Khevsurs yang dianggap merupakan keturunan langsung dari sebuah kelompok tentara salib yang terpisah dari induk pasukannya dan tetap dalam keadaan terisolasi dengan sebagian budaya perang salib yang masih utuh. Memasuki abad ke-20, peninggalan dari baju perang, persenjataan dan baju rantai masih digunakan dan terus diturunkan dalam komunitas tersebut. Ahli ethnografi Rusia, Arnold Zisserman, yang menghabiskan 25 tahun (1842 – 1862) di pegunungan Kaukasus, percaya bahwa kelompok dari dataran tinggi Georgia ini adalah keturunan dari tentara Salib yang terakhir berdasarkan dari kebiasaan, bahasa, kesenian dan bukti-bukti yang lain. Penjelajah Amerika Richard Halliburton melihat dan mencatat kebiasaan suku ini pada tahun 1935.

Film : The Imitation Game (2014)

Ini adalah kisah nyata dari seorang ahli kode bernama Alan Turing (Benedict Cumberbatch). Di sekitar tahun 1941 ketika terjadi perang dunia kedua, Alan Turing ikut bergabung kedalam misi rahasia yang diemban oleh kerajaan Inggris. Alan Turing yang juga seorang lulusan Universitas Cambridge, sangat gemar dalam hal memecahkan kode-kode rahasia yang telah ditekuninya sejak remaja.
Tugas rahasia ini yaitu memecahkan kode dari mesin pesan Enigma milik Jerman. Mesin pesan ini memiliki kode yang sangat rumit untuk dipecahkan, digunakan untuk mengirim pesan perintah tentara Nazi Jerman yang menjadi musuh utama Britania Raya. Alan Turing dan tim ahli enksripsi harus memecahkan kode pesan yang memiliki kemungkinan sebesar 159 triliun kode setiap harinya. Ini tentu hal diluar batas kemampuan manusia.
2014, THE IMITATION GAME
Untuk menyelesaikan tugas tersebut, akhirnya Alan Turing membuat mesin yang mampu memecah kode Enigma. Selain rancangan mesin tersebut sangat rumit, Alan Turing juga membutuhkan dana yang sangat besar yaitu 100 ribu poundsterling. Hal ini mendapat penentangan dari komandannya Alastair Denniston (Charles Dance), yang dan meragukan Alan Turing untuk benar-benar mewujudkan mesin tersebut.
Alan Turing semakin diragukan dan bahkan dicurigai sebagai mata-mata Uni Soviet karena sikapnya yang berbeda dari teman-teman setimnya. Alan cenderung ingin bekerja sendiri, enggan bergaul dan selalu merasa paling benar. Tapi Alan justru mendapat dukungan kuat dari panglima jenderal Stewart Menzies (Mark Strong)  dan perdana menteri Inggris Sir Winston Churchill yang melihat ide-ide Alan memang sangat brilian. Bahkan Alan ditunjuk sebagai ketua dalam tim pemecah kode di Bletchley dan memiliki kewenangan untuk menentukan rencana kerja dalam timnya tersebut.
Kesulitan Alan bergaul membuatnya dikucilkan. Rekan-rekan setimnya mencurigai ada sesuatu hal yang sangat dirahasiakan dalam diri Alan Turing. Begitu pula dengan komandan Denniston yang sejak awal meragukan Alan Turing. Tapi hal tersebut akhirnya mulai cair setelah hadirnya anggota baru, seorang wanita cantik ahli matematika bernama Joan Clarke (Keira Knightley). Clarke seolah menjadi kunci sukses Alan meraih kepercayaan dari rekan-rekan dan atasannya itu. Meski rekannya tak lagi mencurigai Alan sebagai mata-mata, namun Alan memang masih menyembunyikan rahasia besar tentang jati dirinya. Apakah rahasia besar yang disembunyikan Alan Turing tersebut ?

Penuh Intrik, Drama Sejarah Bertaut Pesan-pesan Moral

1
Apa yang kita inginkan dari sebuah film bergenre drama sepertinya sudah sangat lengkap dihadirkan dalam film The Imitation Game. Apalagi film ini diangkat dari kisah nyata yang alurnya tak memiliki perbedaan dari kisah aslinya, untuk plot cerita tentu tak ada yang berlebihan. Imitation Game mengangkat kisah nyata pencetus mesin Turing dengan menyorot banyak angle konflik. Selain sejarah perang, konspirasi rahasia, juga mencakup kehidupan pribadi dan sosial dari seorang Alan Turing.
Morten Tyldum memilih aktor yang tepat untuk memerankan tokoh utama di film ini. Seorang aktor Inggris dengan aksen British yang kental dan perangai misterius dari Benedict Cumberbatch sukses menggambarkan pribadi seorang Alan Turing. Untuk film kali ini, Benedict Cumberbatch sepertinya punya kejutan yang belum pernah disaksikan oleh penggemarnya, bagaimana ia memerankan karakter unik dengan penuh penjiwaan dengan luapan-luapan emosi yang membuat penonton ikut dalam suasana. Bahkan kita akan tak pernah menyangka sebelumnya, saat sang aktor bisa menangis tersedu atau ketika anda merasa gemas dengan karakter sombong Alan Turing yang ia mainkan.
4
Banyak pesan moral yang disampaikan dalam film, bisa dikutip dari beberapa quotes yang diucapkan para aktor. Seperti ketika Joan Clarke mengatakan “Now, if you wish you could have been normal… I can promise you I do not. The world is an infinitely better place precisely because you weren’t.,” yang tentunya mengartikan bahwa menjadi unik dan berbeda justru terkadang adalah hal yang terbaik. Atau quotes lain dari Alan Turing saat berkata “Do you know why people like violence? It is because it feels good. Humans find violence deeply satisfying. But remove the satisfaction, and the act becomes… hollow,” yang menunjukan sebagian orang memang senang membuat kekacauan demi kepuasan dari reaksi kekacauan yang dibuatnya.
Tak heran jika film ini menyabet 39 penghargaan di berbagai festival film Internasional.The Imitation Game juga telah dinominasikan dalam delapan kategori untuk piala Oscaar di Academy Awards 2015. The Imitation Game pastinya jadi salah satu film yang wajib anda nonton terutama bagi penggemar film drama juga film based-true-story. Tunggu tanggal main The Imitation Game di bioskop-bioskop kesayangan anda bulan Januari ini.
5
Tanggal Rilis: 17 Januari 2015 (Indonesia, midnight)
Genre: Historical Thriller
Durasi: 114 menit
Sutradara: Morten Tyldum
Pemain: Benedict Cumberbatch, Keira Knightley, Matthew Goode, Mark Strong, Charles Dance, Allen Leech, Matthew Beard, Rory Kinnear
Studio: Black Bear Pictures, Bristol Automotive

Film : Unbroken (2014)

Movie Review: Unbroken (2014)

"If you can take it, you can make it."

Pernyataan terkait keinginannya untuk pensiun dari dunia film sebagai aktris tentu saja menjadikan kita semakin yakin bahwa Angelina Jolie sudah jatuh cinta untuk berkarya di balik layar sebagai sutradara, profesi yang sudah ia mulai tiga tahun yang lalu. Ada sebuah pertumbuhan yang menarik dari seorang Angelina Jolie di film keduanya sebagai sutradara ini namun sayangnya ibarat seorang pematung ia merupakan sosok yang mampu mengolah sebongkah kayu menjadi berbagai bentuk yang menarik tapi celakanya ia belum mampu memolesnya untuk tampak menarik dan memikat dalam jangka waktu yang lama. Unbroken, a stiff biography which can't toying his audience.


Di masa kecilnya Louis Zamperini (Jack O'Connell) merupakan anak laki-laki yang terbilang nakal, sering membuat kekacauan, mencuri dan merokok, hingga mengintip rok anak perempuan. Tapi kelakuannya yang terakhir tadi justru menjadikan bakat dari pria dengan nama panggilan Louie ini menangkap atensi keluarganya. Dengan dorongan dari abangnya Louie  memutuskan untuk menjadi seorang pelari dan hebatnya bakat yang berhasil membawanya menuju Olimpiade dan meraih julukan sebagai “The Torrance Tornado”, meskipun pecahnya Perang Dunia II menjadi penghalang yang memaksanya untuk bergabung dengan Angkatan Udara. 

Di profesi barunya itu Louie dengan cepat memperoleh teman baru, Russell "Phil" Phillips (Domhnall Gleeson), Francis "Mac" McNamara (Finn Wittrock), dan Charlton Hugh Cupernell (Jai Courtney). Namun celakanya mereka pula yang membawa Louie kedalam masalah baru ketika pesawat yang mereka katakana layak terbang untuk digunakan dalam operasi search and rescue mengalami kerusakan pada mesin dan menyebabkan mereka terombang-ambing di Samudra Pasifik. Tapi sudah jatuh masih pula tertimpa tangga, setelah mengalami kecelakaan Louie dan teman-temannya kini berada didalam kekuasaan tentara Jepang yang meskipun memberikan pertolongan namun dibawah komando Mutsuhiro Watanabe (Miyavi) tetap menaruh curiga pada mereka.


Setiap tahunnya pasti akan selalu ada film dengan tipikal seperti ini, film yang memiliki komposisi awal sangat menjanjikan baik itu dari segi sutradara, penulis, cerita, hingga para pemeran serta sosok-sosok lain di divisi teknis, akhirnya menjadikan banyak orang mulai mengantisipasinya dan tenggelam dalam hype, namun ketika ia benar-benar muncul boom hiburan yang ia berikan terasa tidak istimewa. Oscar bait, begitu panggilan yang akrab digunakan oleh para moviegoers, film yang disokong dengan hype tinggi dengan incaran utama tentu saja menjadi bagian besar dari ajang-ajang penghargaan di akhir tahun. Tidak ada yang salah dengan hal tersebut dan jika menilik komposisi dasar film ini juga sangat layak untuk mencoba melakukan hal tadi namun yang menjadi masalah adalah ia tidak berakhir di posisi teratas. Tengah? Urgh, mungkin hampir.

Dengan durasi dua jam lebih yang ia miliki Unbroken kurang berhasil memberikan hiburan yang sesuai dengan materi yang ia miliki. Ada Angelina Jolie di posisi terdepan sebagai senjata utama, kemudian ia juga punya Richard LaGravenese dan William Nicholson, dua penulis dengan nominasi Oscar di kantong mereka, dan semua semakin menjanjikan ketika Joel Coen dan Ethan Coen masuk kedalam  tim untuk memberikan sentuhan di naskah setelah Jolie bergabung. Hanya itu? Tidak, di score ia punya Alexandre Desplat, dan itu semakin lengkap karena tatanan visual berada di tangan Roger Deakins, serta editing berada di bawah kendali dua sosok yang pernah ambil bagian di Argo, Zero Dark Thirty, Life of Pi, hingga Transformers. Terus apa gunanya membahas hal-hal teknis tadi? Karena apa yang mereka berikan secara individual pada dasarnya tidak mengecewakan, namun cara Angelina Jolie mengendalikan mereka yang terasa mengecewakan.


Membosankan? Mungkin. Monoton? Ya. Ini seperti menyaksikan dongeng tentang putri salju tanpa didampingi tujuh kurcaci, menarik tapi tidak mampu menjadikan objek yang ia gambarkan terus menerus mencuri perhatian. Kita punya alur maju dan mundur disini yang pada dasarnya dapat dimanfaatkan untuk menampilkan dramatisasi yang lebih baik lagi, tapi celakanya disini ia hanya berfungsi sebagai sebuah media yang menyampaikan hubungan sebab akibat. Babak awal terhitung oke tapi setelah itu sulit untuk merasakan urgensi dalam cerita, Jolie terasa kurang tangkas dan cekatan dalam mempermainkan materi-materi lezat yang ia miliki. Terlalu kaku dan kemudian salah fokus, mungkin itu dua masalah utamanya, Jolie seperti ingin bercerita banyak termasuk dengan highlights untuk menangkap perjuangan yang dilakukan oleh Zamperini, itu berhasil tapi celakanya tidak meninggalkan kita sesuatu yang benar-benar menakjubkan.

Bukan berarti saya tidak menghargai rasa percaya diri dari seorang Angelina Jolie untuk kembali mencoba mengendalikan sebuah film, bahkan di percobaan keduanya ini ia menunjukkan sebuah pergerakan ke arah positif, tapi sayangnya ia memilih proyek yang salah. Unbroken punya materi yang masih terlalu berat untuk di tangani oleh seorang Angelina Jolie, dan hasilnya ia gagal menjadi sebuah biografi yang meskipun tidak mampu menginspirasi tapi at least harus mampu meninggalkan semangat perjuangan yang menarik. Cerita yang bergerak maju dan mundur tidak begitu buruk, bahkan dari segi visual ia juga sangat mudah untuk di nikmati dan di kagumi, namun setelah pembukaan yang menarik itu Unbroken tidak berkembang dengan baik, karakter dan cerita terasa stuck, banyak momen yang terasa monoton bahkan hambar, ada grafik menurun yang konsisten hingga mencapai titik akhir yang juga tidak berhasil meninggalkan dampak yang besar.


Mungkin hal menarik lainnya dari film ini di luar nilai positif dari beberapa elemen teknis adalah penampilan Jack O'Connell. Dari segi karakterisasi mungkin tidak ada sebuah gebrakan baru yang Jack tampilkan disini karena dari This Is England, Skins, hingga yang terbaru Starred Up sudah cukup hafal bahwa peran keras dan pemberontak merupakan makanan lezat baginya. Yang menarik perhatian adalah kemampuannya untuk terus menjaga perhatian penonton pada karakter Louie dibalik “kekacauan” yang terjadi di sekitarnya. Beberapa peristiwa tentang kehidupan seorang Louie berhasil ditampilkan dengan baik oleh Jack O'Connell meskipun memang kesan penting dari apa yang ia alami itu tidak terbakar dengan baik karena tidak mampunya Angelina Jolie mengatur dinamika cerita, terkesan terburu-buru di satu bagian yang memerlukan kedalaman tapi justru memilih berlama-lama di bagian yang tidak membutuhkan kedalaman yang berlebihan.


Overall, Unbroken adalah film yang kurang memuaskan. Visi menjadi masalah utama dimana walaupun telah menunjukkan pertumbuhan yang positif sebagai sutradara namun disini Angelina Jolie masih kaku dan bingung pada seperti apa kisah ini ingin ia sampaikan sehingga menyebabkan petualangan yang seharusnya meninggalkan kesan mendalam terkait kehidupan ini seperti menyia-nyiakan materi empuk yang ia miliki sejak awal. Tidak ada kesalahan fatal dari segi teknis bahkan berhasil menyelamatkan film ini dari jurang kehancuran total, tapi eksekusi yang tampak bermain aman dan terasa kurang bertaji dari seorang Angelina Jolie menjadikan Unbroken berakhir sebagai biografi yang terasa biasa saja, lemah di visi dan miskin imajinasi dan sensasi.


Film : The Other Boleyn Girl




Thomas Boleyn (Mark Rylance) adalah seorang ayah dari 3 anak. Anne Boleyn (Natalie Portman) yang periang dan suka mencari tantangan, Mary Boleyn (Scarlett Johannson) pendiam dan penurut dan selalu berada di bawah bayang-bayang Anne yang dominan. dan George Boleyn (Jim Sturgress ). Ia dan ketiga anaknya, tinggal bersama istrinya Elizabeth (Kristin Scott Thomas) di sebuah desa.
Thomas memiliki seorang adik ipar bernama Thomas Howard, seorang bangsawan yang bergelar Duke of Norfolk yang licik dan sangat berambisi untuk bisa menjadi bangsawan kaya raya. Dia selalu menghasut abang iparnya agar mencari jodoh pria-pria kaya untuk kedua anak gadisnya yang cantik jelita. Setiap keluarga menggunakan anak mereka untuk bisa meraih status social yang lebih tinggi di masa itu. Akhirnya, Mary dilamar oleh William Carey (Benedict Cumberbatch), seorang anak pedagang kaya. Pernikahannya dilaksanakan dengan meriah dan Mary sangat mencintai pria itu.

Sementara itu, di istana, permaisuri Katherine of Aragon (Ana Torrent) menderita tekanan batin karena tidak bisa memberikan keturunan laki-laki sebagai pewaris kerajaan. Anak yang terakhir dilahirkannya yang berjenis kelamin lelaki, tapi sayangnya meninggal.. Raja Henry VIII (Eric Bana), sangat marah dan kecewa karena itu. Dia sudah terlalu lama menunggu hadirnya seorang putera sebagai pewaris kerajaannya. Akibatnya, hubungan antara Raja dan Ratu mulai memburuk. Duke of Norfolk melihat hal ini sebagai kesempatan untuk bisa meraih impiannya. Dia beranggapan kalau raja akan segera mencari hiburan dengan mengambil seorang gundik. Kemudian dia menghasut abang iparnya itu, mulai berancang-ancang untuk menyodorkan putri sulungnya yang belum menikah, Anne sebagai salah satu calon gundik raja.

Tujuannya tak lain agar derajat nya bertambah dan kekayaan mereka bertambah. Ayahnya setuju, lalu membujuk Anne agar mau mencoba, sebelum keluarga-keluarga bangsawan lainnya menyadari. Awalnya Anne tidak setuju, tapi ayahnya membujuk dengan setengah memaksa. Agar keluarga mereka bisa kaya dan naik statusnya. Thomas juga berhasil memaksa istrinya menyetujui rencananya, untuk menyelenggarakan pesta di rumah mereka dengan tujuan untuk memancing perhatian raja kepada Anne yang cantik. Istrinya mula-mula tidak setuju, karena untuk mengundang raja akan butuh biaya pesta yang sangat besar, tapi Thomas tetap memaksa. Didukung oleh Thomas Howard.

Anne yang mula-mula tidak setuju, akhirnya mengalah dan bertekad untuk bisa melaksanakan tugas yang diberikan ayahnya, untuk menundukkan raja Inggris, itu dengan baik. Dia menjadikan tugas itu sebagai tantangan yang menarik.

Akhirnya raja pun datang berkunjung untuk memenuhi undangan pesta keluarga Boleyn. Lengkap dengan sepasukan besar prajurit pengiringnya. Seluruh keluarga itu bersiap-siap menyambutnya. Dan Thomas pun memperkenalkan Anne, tapi mengabaikan Mary, karena dia sudah menikah. Ibunya hanya bisa memandang sedih melihat putri mereka diperlakukan seperti dagangan oleh ayahnya.

Keesokan harinya, raja mengadakan perburuan. Anne juga ikut dengan menunggang kudanya sendiri. Raja memandangnya dengan heran. Karena hal seperti itu tidak lazim pasa masa itu. Tapi ternyata perburuan itu membawa bencana. Raja terluka, ketika berusaha menolong Anne. Padahal Anne sangat mahir dalam berburu. Jadi, Anne selamat dan Raja terluka. Akibatnya, harga diri Raja sangat terluka.

Thomas Howard lalu menghasut abang iparnya agar menyodorkan Mary saja, karena takut Raja sudah membenci Anne karena kejadian itu. Maka Mary pun diminta merawat luka-luka raja. Dengan malu-malu dan risih, Mary menerima. Karena sebenarnya dia sudah berstatus istri orang. Dan ternyata, raja lebih terpesona kepada Mary dan memintanya untuk bekerja sebagai dayang di istana. Semua orang memahami, bahwa itu artinya dia ingin mengangkat Mary sebagai gundik. Sementara suaminya ditugaskan sebagai dewan penasihat raja. William setuju dengan berat hati karena dipaksa oleh Duke Norfolk, dan tidak bergeming bagaimanapun Mary membujuknya agar menolak tawaran itu. Mary meminta agar Anne saja yang dikirim. Tapi, ayahnya memaksa agar ia juga ikut pergi ke istana.

Sementara Anne sendiri jadi membenci Mary. Dia menganggap adiknya itu telah merebut calon suaminya. Dia tidak perduli ketika Mary berusaha membantah hal itu. Dan menjelaskan bahwa kebetulan memang raja menginginkan seorang wanita yang pendiam dan penurut seperti dirinya. Tidak seperti Anne yang riang dan mandiri, dan seperti tidak membutuhkan bantuan laki-laki.

Akhirnya Mary dan Anne pun dikirim untuk bekerja di istana dan bekerja sebagai dayang permaisuri. Permaisuri yang terkejut menerima kedatangan mereka. Dan segera menyadari kalau raja menginginkan Mary menjadi gundiknya. Dan dia tidak menyukainya, tapi tidak menganggap Mary sebagai ancaman. Karena pembawaannya yang pendiam dan lugu.

Di istana, William pura-pura menutup mata dan tidak mengetahui kalau istrinya tidur dengan raja. Dia sendiri merasa kalau suasana istana ini tidak menyenangkan untuknya.
Begitu ayah dan pamannya meyakini kalau raja sudah sangat terpesona dengan Mary, mereka mulai mempersiapkannya sebagai pengganti permaisuri. Perlahan-lahan, Mary juga mulai menyenangi hubungannya dengan raja itu. Dan tidak perduli lagi dengan suaminya. Dan William pun ditugaskan ke tempat yang jauh dari istana.

Sementara itu, karena putus asa Anne menikah diam-diam dengan Henry Percy (Oliver Coleman), seorang bangsawan yang telah bertunangan dengan Mary Talbot (Tiffany Freisberg). Dengan tujuan, agar ia bisa memperoleh status sebagai istri bangsawan. Mary memberitahukan hal ini kepada ayahnya. Ayah dan pamannya sangat marah. Pernikahan itu dianggap tidak sah dan mengirim Anne ke Prancis untuk diasingkan. Dan Anne sangat membenci Mary karena membocorkan berita ini kepada ayah mereka.

Akhirnya Mary menunjukkan tanda-tanda kehamilan. Dengan gembira raja menyampaikan sendiri kabar ini kepada Thomas Boleyn. Sebagai hadiah, keluarga mereka mendapat kenaikan status, ayahnya mendapat gelar Earl, abangnya mendapat gelar Viscount dan mereka diberi sebuah istana. Ayahnya memutuskan bahwa George akan dijodohkan dengan Jane Parker (Juno Temple), yang masih kerabat dekat raja. Hal ini untuk semakin memantapkan posisi mereka di istana. George menolak karena ia tidak mencintainya tapi akhirnya terpaksa menuruti kehendak ayahnya.

Ternyata rahim Mary lemah, anak yang dikandungnya hampir saja gugur. Maka untuk menghindari hal itu, tabib istana memutuskan kalau ia pun harus dipingit dan tidak bisa tidur bersama raja. Hal ini meresahkan pamannya, mengingat tabiat Henry yang senang bergonta-ganti wanita. Mereka mencari cara agar perhatian raja tidak teralih kepada wanita lain.

Dengan itu, Thomas Boleyn meminta Anne kembali dari Prancis, sesuai dengan saran Lord Norfolk. Anne ditugaskan untuk menghibur raja sekaligus menjaga agar perhatiannya tetap tercurah kepada Mary, selagi dia terpingit untuk menjaga kandungannya. Anne melihat hal ini sebagai kesempatan baginya, untuk mengambil alih posisi adiknya, Mary.

Di Prancis, Anne telah belajar bagaimana caranya menjadi wanita bangsawan yang pintar menarik perhatian pria. Seorang wanita mandiri yang tahu bagaimana caranya membuat pria tersanjung dan sekaligus mampu memahami politik dan intrik istana. Perubahan sikapnya telah membuat raja telah memaafkan perbuatannya dulu dan menerimanya kembali di istana.

Mary yang mengetahui kabar ini menjadi resah. Karena dia mengetahui apa yang bisa dilakukan Anne untuk merebut perhatian Raja darinya. Tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa karena sedang dipingit, untuk menjaga kehamilannya. Dan Raja yang kesepian karena tidak bisa bertemu dengan istrinya, perlahan-lahan mulai terpikat pada sosok Anne yang menarik. Dengan kelihaiannya, Anne berusaha memikat Raja. Lalu Henry mengirimkan sebuah bros permata untuk Anne, dengan harapan Anne bersedia menyerahkan dirinya kepada Raja. Anne yang punya rencana licik, mengirimnya kembali kepada raja. Henry semakin penasaran dan bersedia melakukan apapun, agar Anne mau tidur dengannya.

Sementara itu, hubungan Anne dan Mary semakin memburuk. Anne mengunjungi kamar Mary dan menggunakan kesempatan itu untuk membuat Mary kesal. Ia mengatakan kalau Raja sedang mengejar-ngejar dirinya dan tidak memperdulikan keadaan Mary yang sedang dipingit.

Akhirnya Mary melahirkan anaknya. Ketika proses itu sedang berlangsung, Henry berlutut di hadapan Anne dan menyatakannya sebagai cinta sejatinya. Dengan berjanji, bahwa ia tidak akan berbicara atau berhubungan dengan Mary ataupun permaisuri lagi. Hanya dengan Anne. Asalkan Anne mau berhubungan dengannya. Ia bahkan mengambaikan anak Mary dan pergi begitu saja.
Paman dan ayahnya sangat marah melihat hal itu. Dan dengan kejam, Anne memberitahu Mary kalau ia dan bayi haramnya akan dikirim ke kampung halamannya. Dan raja menyetujuinya.

Anne mempunyai harapan yang lebih tinggi dari Mary. Kalau Mary sudah bahagia hanya dengan menjadi gundik raja, Anne ingin menjadi permaisuri dan menyingkirkan ratu yang masih hidup saat itu. Ratu Katherine memandangi kepergian Mary dari jendela. Ia menyadari ada hal lain yang akan terjadi. Setelah kepergian Mary, raja kembali menanyakan apakah Anne akan bersedia tidur dengannya.

Anne mengajukan syarat, bahwa ratu Katherine harus disingkirkan dari istana. Bahwa Raja harus mengirim Ratu Katherine ke biara. Dan ia ingin menikah secara resmi dengan Henry. Hal itu sebenarnya tidak mungkin, karena raja hanya bisa memiliki seorang istri sah. Anne menyarankan agar raja menceraikan Ratu Katherine.

Tiba-tiba, raja menerima sebuah surat dari Mary Talbot yang berisi pengajuan cerai, karena suaminya, Henry Percy diketahui telah tidur dengan Anne Boleyn, sebelum menikah dengannya. Raja sangat marah. Dia tidak mau bertemu dengan siapapun dari keluarga Boleyn, kecuali Mary yang sangat dipercayainya. Anne berusaha membujuk Mary agar mau berbohong deminya, dan membantah hal itu. Mary bersedia. Anne sangat berterimakasih. Tapi Mary mengatakan kalau ia hanya melakukan hal itu sebagai tawaran berdamai dengan saudarinya. Dan Anne meminta agar Marypun kembali tinggal di istana.

Pengadilan terhadap Ratu Kathernie pun dilakukan, dengan tujuan untuk mengirim ratu ke biara. Tapi Ratu menolak pengadilan itu dan menuntut untuk bicara langsung kepada Paus. Tapi tetap saja raja mengirimnya ke biara. Dan mengabaikan risiko bahwa Inggris akan dikucilkan Katolik dan terancam dikuasai Protestan. Raja yang sudah terpikat dengan Anne, akhirnya menyetujui saja semua persyaratan Anne, asalkan ia bersedia tidur dengannya.

Anne dan Henry pun menikah, dan Anne diangkat menjadi ratu. Tapi dia tidak bisa melahirkan seorang putera juga. Anak pertamanya perempuan, diberi nama Elizabeth. Ketika itu, Raja sudah mulai kehilangan perhatian padanya dan mendekati wanita lain, Jane Seymour (Corinne Galloway). Dia berusaha untuk hamil lagi. Namun kali ini, Anne mengalami keguguran. Karena ketakutannya, Anne meminta agar saudaranya, George tidur dengannya agar dia bisa hamil lagi, sebelum raja mengetahui tentang keguguran yang dialaminya.

Mary begitu terkejut dan kecewa melihat keinginan Anne, hingga akhirnya dia memutuskan untuk pergi meninggalkan istana malam itu juga. Sambil berdoa agar Tuhan memafkan dosa besar yang akan diperbuat abang dan kakaknya. Tanpa sepengatahuan mereka, Jane Parker melihat Anne dan George berduaan di tempat tidur. Walaupun sebenarnya tidak terjadi apa-apa, karena George tidak mampu memenuhi keinginan Anne.

Tapi, Jane yang merasa ditelantarkan oleh George, mengadukan perbuatan ini kepada raja. Raja sangat murka dan meminta agar Anne segera diadili dengan tuduhan melakukan incest. Pamannya, Lord Norfolk termasuk salah seorang dari bangsawan yang menyatakan Anne bersalah dan dihukum pancung.

George mendapat hukuman pancung terlebih dahulu, menyusul kemudian Anne. Meskipun Mary datang menghadap Raja, untuk memohon agar saudarinya itu dibebaskan, tapi raja tidak mengabulkannya. Anne tetap dihukum pancung, dan Mary diusir dari istana. Dia tidak diperbolehkan lagi datang, kalau ia datang, maka ia akan dihukum juga.

Setelah pemancungan itu, Mary membawa putri Anne, Elizabeth, pergi dari istana. Sir Thomas Boleyn meninggal karena malu dan sedih dua anaknya tewas dihukum pancung. Sementara pamannya, Lord Norfolk, dipenjara. Sejarah mencatat, tiga keturunannya, anak-cucu-cicit, tewas dipancung karena kasus penghianatan.

Mary Boleyn menikah lagi dengan William Stattford dan memilih untuk tinggal di desa, membesarkan putranya dan putri Anne, Elizabeth.Elizabethlah yang kemudian akan memerintah Inggris selama 45 tahun.

 

Rabu, 20 Mei 2015

Top 10 Playlists on My Phone

Hello guys! Again, sekarang saya bakal bahas sesuatu yang ga sesuai sama tema blog ini, tapi saya mau share lagu-lagu yang terus ada di playlist saya, ini dia 10 lagu favorit saya, semoga bermanfaat
1. Miracles - Coldplay
Lagu ini merupakan soundtrack dari film Unbroken yang juga jadi film paling favorit buat saya, liriknya pokoknya meaningful dan mengiinspirasi banget deh

unduh disini

2. Photograph - Ed Sheeran

Unduh disini

3. Autumn Leaves - Ed Sheeran

Unduh disini

4. A Step You Can't Take Back - Keira Knightley

Unduh disini

5. Centuries - Fall Out Boy

Unduh disini

6. Ink - Coldplay

Unduh disini

7. Pompeii - Bestille

Unduh disini

8. Angels Forever - Lana Del Rey

Unduh disini

9. Young and Beautiful - Lana Del Rey

Unduh disini

10. Demons - Imagine Dragons

Unduh disini

Rabu, 06 Mei 2015

Cara Membuat Akun Gmail

Halo sobat! Kali ini saya tidak akan membahas mengenai sejarah,meskipun kali ini saya akan keluar dari tema blog saya, saya akan memposting cara membuat akun gmail, karena saya rasa Gmail merupakan akun utama untuk membuat akun lainnya. Untuk lebih lanjut, silakan sobat membuka link dibawah ini.

https://drive.google.com/open?id=0B-ON4GbdzVdwZnNaTVRkRXI4Rnc&authuser=0

Crusades : Perang Salib

Perang Salib[2][3][4] adalah gerakan umat Kristen di Eropa yang memerangi umat Muslim[5][6] di Palestina secara berulang-ulang mulai abad ke-11 sampai abad ke-13, dengan tujuan untuk merebut Tanah Suci dari kekuasaan kaum Muslim dan mendirikan gereja dan kerajaan Latin di Timur.[7] Dinamakan Perang Salib, karena setiap orang Eropa yang ikut bertempur dalam peperangan memakai tanda salib pada bahu, lencana dan panji-panji mereka.[8]
Istilah ini juga digunakan untuk ekspedisi-ekspedisi kecil yang terjadi selama abad ke-16 di wilayah di luar Benua Eropa, biasanya terhadap kaum pagan dan kaum non-Kristiani untuk alasan campuran; antara agama, ekonomi, dan politik. Skema penomoran tradisional atas Perang Salib memasukkan 9 ekspedisi besar ke Tanah Suci selama Abad ke-11 sampai dengan Abad ke-13. “Perang Salib” lainnya yang tidak bernomor berlanjut hingga Abad ke-16 dan berakhir ketika iklim politik dan agama di Eropa berubah secara signifikan selama masa Renaissance.
Perang Salib pada hakikatnya bukan perang agama, melainkan perang merebut kekuasaan daerah. Hal ini dibuktikan bahwa tentara Salib dan tentara Muslim saling bertukar ilmu pengetahuan.
Perang Salib berpengaruh sangat luas terhadap aspek-aspek politik, ekonomi dan sosial, yang mana beberapa bahkan masih berpengaruh sampai masa kini. Karena konfilk internal antara kerajaan-kerajaan Kristen dan kekuatan-kekuatan politik, beberapa ekspedisi Perang Salib (seperti Perang Salib Keempat) bergeser dari tujuan semulanya dan berakhir dengan dijarahnya kota-kota Kristen, termasuk ibukota Byzantium, Konstantinopel-kota yang paling maju dan kaya di benua Eropa saat itu. Perang Salib Keenam adalah perang salib pertama yang bertolak tanpa restu resmi dari gereja Katolik, dan menjadi contoh preseden yang memperbolehkan penguasa lain untuk secara individu menyerukan perang salib dalam ekspedisi berikutnya ke Tanah Suci. Konflik internal antara kerajaan-kerajaan Muslim dan kekuatan-kekuatan politik pun mengakibatkan persekutuan antara satu faksi melawan faksi lainnya seperti persekutuan antara kekuatan Tentara Salib dengan Kesultanan Rum yang Muslim dalam Perang Salib Kelima.

Situasi dan latar belakang

Situasi di Eropa

Asal mula ide perang salib adalah perkembangan yang terjadi di Eropa Barat sebelumnya pada Abad Pertengahan, selain itu juga menurunnya pengaruh Kekaisaran Byzantium di timur yang disebabkan oleh gelombang baru serangan Muslim Turki. Pecahnya Kekaisaran Carolingian pada akhir Abad Ke-9, dikombinasikan dengan stabilnya perbatasan Eropa sesudah peng-Kristen-an bangsa-bangsa Viking, Slavia, dan Magyar, telah membuat kelas petarung bersenjata yang energinya digunakan secara salah untuk bertengkar satu sama lain dan meneror penduduk setempat. Gereja berusaha untuk menekan kekerasan yang terjadi melalui gerakan-gerakan Pax Dei dan Treuga Dei. Usaha ini dinilai berhasil, akan tetapi para ksatria yang berpengalaman selalu mencari tempat untuk menyalurkan kekuatan mereka dan kesempatan untuk memperluas daerah kekuasaan pun menjadi semakin tidak menarik. Pengecualiannya adalah saat terjadi Reconquista di Spanyol dan Portugal, dimana pada saat itu ksatria-ksatria dari Iberia dan pasukan lain dari beberapa tempat di Eropa bertempur melawan pasukan Moor Islam, yang sebelumnya berhasil menyerang dan menaklukan sebagian besar Semenanjung Iberia dalam kurun waktu 2 abad dan menguasainya selama kurang lebih 7 abad.
Pada tahun 1063, Paus Alexander II memberikan restu kepausan bagi kaum Kristen Iberia untuk memerangi kaum Muslim. Paus memberikan baik restu kepausan standar maupun pengampunan bagi siapa saja yang terbunuh dalam pertempuran tersebut. Maka, permintaan yang datang dari Kekaisaran Byzantium yang sedang terancam oleh ekspansi kaum Muslim Seljuk, menjadi perhatian semua orang di Eropa. Hal ini terjadi pada tahun 1074, dari Kaisar Michael VII kepada Paus Gregorius VII dan sekali lagi pada tahun 1095, dari Kaisar Alexius I Comnenus kepada Paus Urbanus II.
Perang Salib adalah sebuah gambaran dari dorongan keagamaan yang intens yang merebak pada akhir abad ke-11 di masyarakat. Seorang tentara Salib, sesudah memberikan sumpah sucinya, akan menerima sebuah salib dari Paus atau wakilnya dan sejak saat itu akan dianggap sebagai “tentara gereja”. Hal ini sebagian adalah karena adanya Kontroversi Pentahbisan, yang berlangsung mulai tahun 1075 dan masih berlangsung selama Perang Salib Pertama. Karena kedua belah pihak yang terlibat dalam Kontroversi Pentahbisan berusaha untuk menarik pendapat publik, maka masyarakat menjadi terlibat secara pribadi dalam pertentangan keagamaan yang dramatis. Hasilnya adalah kebangkitan semangat Kristen dan ketertarikan publik pada masalah-masalah keagamaan. Hal ini kemudian diperkuat oleh propaganda keagamaan tentang Perang untuk Keadilan untuk mengambil kembali Tanah Suci – yang termasuk Yerusalem (dimana kematian, kebangkitan dan pengangkatan Yesus ke Surga terjadi menurut ajaran Kristen) dan Antiokhia (kota Kristen yang pertama) - dari orang Muslim. Selanjutnya, “Penebusan Dosa” adalah faktor penentu dalam hal ini. Ini menjadi dorongan bagi setiap orang yang merasa pernah berdosa untuk mencari cara menghindar dari kutukan abadi di Neraka. Persoalan ini diperdebatkan dengan hangat oleh para tentara salib tentang apa sebenarnya arti dari “penebusan dosa” itu. Kebanyakan mereka percaya bahwa dengan merebut Yerusalem kembali, mereka akan dijamin masuk surga pada saat mereka meninggal dunia. Akan tetapi, kontroversi yang terjadi adalah apa sebenarnya yang dijanjikan oleh paus yang berkuasa pada saat itu. Suatu teori menyatakan bahwa jika seseorang gugur ketika bertempur untuk Yerusalemlah “penebusan dosa” itu berlaku. Teori ini mendekati kepada apa yang diucapkan oleh Paus Urbanus II dalam pidato-pidatonya. Ini berarti bahwa jika para tentara salib berhasil merebut Yerusalem, maka orang-orang yang selamat dalam pertempuran tidak akan diberikan “penebusan”. Teori yang lain menyebutkan bahwa jika seseorang telah sampai ke Yerusalem, orang tersebut akan dibebaskan dari dosa-dosanya sebelum Perang Salib. Oleh karena itu, orang tersebut akan tetap bisa masuk Neraka jika melakukan dosa sesudah Perang Salib. Seluruh faktor inilah yang memberikan dukungan masyarakat kepada Perang Salib Pertama dan kebangkitan keagamaan pada abad ke-12.

Situasi Timur Tengah

Keberadaan Muslim di Tanah Suci harus dilihat sejak penaklukan bangsa Arab terhadap Palestina dari tangan Kekaisaran Bizantium pada abad ke-7. Hal ini sebenarnya tidak terlalu memengaruhi penziarahan ke tempat-tempat suci kaum Kristiani atau keamanan dari biara-biara dan masyarakat Kristen di Tanah Suci Kristen ini. Sementara itu, bangsa-bangsa di Eropa Barat tidak terlalu perduli atas dikuasainya Yerusalem–yang berada jauh di Timur–sampai ketika mereka sendiri mulai menghadapi invasi dari orang-orang Islam dan bangsa-bangsa non-Kristen lainnya seperti bangsa Viking dan Magyar. Akan tetapi, kekuatan bersenjata kaum Muslim Turki Saljuk yang berhasil memberikan tekanan yang kuat kepada kekuasaan Kekaisaran Byzantium yang beragama Kristen Ortodoks Timur.[9]
Titik balik lain yang berpengaruh terhadap pandangan Barat kepada Timur adalah ketika pada tahun 1009, kalifah Bani Fatimiyah, Al-Hakim bi-Amr Allah memerintahkan penghancuran Gereja Makam Kudus (Church of the Holy Sepulchre).[10] Penerusnya memperbolehkan Kekaisaran Byzantium untuk membangun gereja itu kembali dan memperbolehkan para peziarah untuk berziarah di tempat itu lagi. Akan tetapi, banyak laporan yang beredar di Barat tentang kekejaman kaum Muslim terhadap para peziarah Kristen. Laporan yang didapat dari para peziarah yang pulang ini kemudian memainkan peranan penting dalam perkembangan Perang Salib pada akhir abad itu.

Penyebab langsung

Penyebab langsung dari Perang Salib Pertama adalah permohonan Kaisar Alexius I kepada Paus Urbanus II untuk menolong Kekaisaran Byzantium dan menahan laju invasi tentara Muslim ke dalam wilayah kekaisaran tersebut.[11][12] Hal ini dilakukan karena sebelumnya pada tahun 1071, Kekaisaran Byzantium telah dikalahkan oleh pasukan Seljuk yang dipimpin oleh Sulthan Alp Arselan di Pertempuran Manzikert, yang hanya berkekuatan 15.000 prajurit, dalam peristiwa ini berhasil mengalahkan tentara Romawi yang berjumlah 40.000 orang, terdiri dari tentara Romawi, Ghuz, al-Akraj, al-Hajr, Perancis dan Armenia. Dan kekalahan ini berujung kepada dikuasainya hampir seluruh wilayah Asia Kecil (Turki modern). Meskipun Pertentangan Timur-Barat sedang berlangsung antara gereja Katolik Barat dengan gereja Ortodoks Timur, Alexius I mengharapkan respon yang positif atas permohonannya. Bagaimanapun, respon yang didapat amat besar dan hanya sedikit bermanfaat bagi Alexius I. Paus menyeru bagi kekuatan invasi yang besar bukan saja untuk mempertahankan Kekaisaran Byzantium, akan tetapi untuk merebut kembali Yerusalem, setelah Dinasti Seljuk dapat merebut Baitul Maqdis pada tahun 1078 dari kekuasaan dinasti Fatimiyah yang berkedudukan di Mesir. Umat Kristen merasa tidak lagi bebas beribadah sejak Dinasti Seljuk menguasai Baitul Maqdis.
Ketika Perang Salib Pertama didengungkan pada 27 November 1095[13], para pangeran Kristen dari Iberia sedang bertempur untuk keluar dari pegunungan Galicia dan Asturia, wilayah Basque dan Navarre, dengan tingkat keberhasilan yang tinggi, selama seratus tahun. Kejatuhan bangsa Moor Toledo kepada Kerajaan León pada tahun 1085 adalah kemenangan yang besar. Ketidakbersatuan penguasa-penguasa Muslim merupakan faktor yang penting dan kaum Kristen yang meninggalkan para wanitanya di garis belakang amat sulit untuk dikalahkan. Mereka tidak mengenal hal lain selain bertempur. Mereka tidak memiliki taman-taman atau perpustakaan untuk dipertahankan. Para ksatria Kristen ini merasa bahwa mereka bertempur di lingkungan asing yang dipenuhi oleh orang kafir sehingga mereka dapat berbuat dan merusak sekehendak hatinya. Seluruh faktor ini kemudian akan dimainkan kembali di lapangan pertempuran di Timur. Ahli sejarah Spanyol melihat bahwa Reconquista adalah kekuatan besar dari karakter Castilia, dengan perasaan bahwa kebaikan yang tertinggi adalah mati dalam pertempuran mempertahankan ke-Kristen-an suatu Negara.

Perang

Perang Salib I

Pada musim semi tahun 1095 M, 150.000 orang Eropa, sebagian besar bangsa Perancis dan Norman[14], berangkat menuju Konstantinopel, kemudian ke Palestina. Tentara Salib yang dipimpin oleh Godfrey, Bohemond, dan Raymond ini memperoleh kemenangan besar. Pada tanggal 18 Juni 1097 mereka berhasil menaklukkan Nicea dan tahun 1098 M menguasai Raha (Edessa). Di sini mereka mendirikan County Edessa dengan Baldwin sebagai raja. Pada tahun yang sama mereka dapat menguasai Antiokhia dan mendirikan Kepangeranan Antiokhia di Timur, Bohemond dilantik menjadi rajanya. Mereka juga berhasil menduduki Baitul Maqdis (Yerusalem) pada 15 Juli 1099 M[15] dan mendirikan Kerajaan Yerusalem dengan rajanya, Godfrey. Setelah penaklukan Baitul Maqdis itu, tentara Salib melanjutkan ekspansinya. Mereka menguasai kota Akka (1104 M), Tripoli (1109 M) dan kota Tyre (1124 M). Di Tripoli mereka mendirikan County Tripoli, rajanya adalah Raymond.
Selanjutnya, Syeikh Imaduddin Zengi pada tahun 1144 M, penguasa Mosul dan Irak, berhasil menaklukkan kembali Aleppo, Hamimah, dan Edessa. Namun ia wafat tahun 1146 M. Tugasnya dilanjutkan oleh puteranya, Syeikh Nuruddin Zengi. Syeikh Nuruddin berhasil merebut kembali Antiokhia pada tahun 1149 M dan pada tahun 1151 M, seluruh Edessa dapat direbut kembali.

Perang Salib II

Kejatuhan County Edessa ini menyebabkan orang-orang Kristen mengobarkan Perang Salib kedua.[16][17] Paus Eugenius III menyampaikan perang suci yang disambut positif oleh raja Perancis Louis VII dan raja Jerman Conrad II. Keduanya memimpin pasukan Salib untuk merebut wilayah Kristen di Syria. Akan tetapi, gerak maju mereka dihambat oleh Syeikh Nuruddin Zengi. Mereka tidak berhasil memasuki Damaskus. Louis VII dan Conrad II sendiri melarikan diri pulang ke negerinya. Syeikh Nuruddin wafat tahun 1174 M. Pimpinan perang kemudian dipegang oleh Sultan Shalahuddin al-Ayyubi yang berhasil mendirikan dinasti Ayyubiyah di Mesir tahun 1175 M, setelah berhasil mencegah pasukan salib untuk menguasai Mesir. Hasil peperangan Shalahuddin yang terbesar adalah merebut kembali Yerusalem pada tahun 1187 M, setelah beberapa bulan sebelumnya dalam Pertempuran Hittin, Shalahuddin berhasil mengalahkan pasukan gabungan County Tripoli dan Kerajaan Yerusalaem melalui taktik penguasaan daerah. Dengan demikian berakhirlah Kerajaan Latin di Yerussalem yang berlangsung selama 88 tahun berakhir. Sehabis Yerusalem, tinggal Tirus merupakan kota besar Kerajaan Yerusalem yang tersisa. Tirus yang saat itu dipimpin oleh Conrad dari Montferrat berhasil sukses dari pengepungan yang dilakukan Shalahuddin sebanyak dua kali. Shalahuddin kemudian mundur dan menaklukan kota lain, seperti Arsuf dan Jaffa.

Perang Salib III

Jatuhnya Yerussalem ke tangan kaum Muslim sangat memukul perasaan Tentara Salib. Mereka pun menyusun rencana balasan. Selanjutnya, Tentara Salib dipimpin oleh Frederick Barbarossa raja Jerman, Richard si Hati Singa raja Inggris, dan Philip Augustus raja Perancis memunculkan Perang Salib III.[18] Pasukan ini bergerak pada tahun 1189 M dengan dua jalur berbeda. Pasukan Richard dan Philip melalui jalur laut dan pasukan Barbarossa - saat itu merupakan yang terbanyak di Eropa - melalui jalur darat, melewati Konstantinopel. Namun, Barbarossa meninggal di daerah Cilicia karena tenggelam di sungai, sehingga menyisakan Richard dan Philip. Sebelum menuju Tanah Suci, Richard dan Philip sempat menguasai Siprus dan mendirikan Kerajaan Siprus. Meskipun mendapat tantangan berat dari Shalahuddin, namun mereka berhasil merebut Akka yang kemudian dijadikan ibu kota kerajaan Latin. Philip kemudian balik ke Perancis untuk "menyelesaikan" masalah kekuasaan di Perancis dan hanya tinggal Richard yang melanjutkan Perang Salib III. Richard tidak mampu memasuki Palestina lebih jauh, meski bisa beberapa kali mengalahkan Shalahuddin. Pada tanggal 2 Nopember 1192 M, dibuat perjanjian antara Tentara Salib dengan Shalahuddin yang disebut dengan Shulh al-Ramlah. Dalam perjanjian ini disebutkan bahwa orang-orang Kristen yang pergi berziarah ke Baitul Maqdis tidak akan diganggu.[19]

Perang Salib IV

Pada tahun 1219 M, meletus kembali peperangan yang dikenal dengan Perang Salib periode keenam, dimana tentara Kristen dipimpin oleh raja Jerman, Frederik II, mereka berusaha merebut Mesir lebih dahulu sebelum ke Palestina, dengan harapan dapat bantuan dari orang-orang Kristen Koptik. Dalam serangan tersebut, mereka berhasil menduduki Dimyath, raja Mesir dari Dinasti Ayyubiyah waktu itu, al-Malik al-Kamil, membuat penjanjian dengan Frederick. Isinya antara lain Frederick bersedia melepaskan Dimyath, sementara al-Malik al-Kamil melepaskan Palestina, Frederick menjamin keamanan kaum muslimin di sana, dan Frederick tidak mengirim bantuan kepada Kristen di Syria. Dalam perkembangan berikutnya, Palestina dapat direbut kembali oleh kaum muslimin tahun 1247 M, pada masa pemerintahan al-Malik al-Shalih, penguasa Mesir selanjutnya.
Ketika Mesir dikuasai oleh Dinasti Mamalik yang menggantikan posisi Dinasti Ayyubiyyah, pimpinan perang dipegang oleh Baibars, Qalawun, dan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah. Pada masa merekalah Akka dapat direbut kembali oleh kaum Muslim tahun 1291 M. Demikianlah Perang Salib yang berkobar di Timur. Perang ini tidak berhenti di Barat, di Spanyol, sampai umat Islam terusir dari sana.

Kondisi sesudah Perang Salib

Perang Salib Pertama melepaskan gelombang semangat perasaan paling suci sendiri yang diekspresikan dengan pembantaian terhadap orang-orang Yahudi yang menyertai pergerakan tentara Salib melintasi Eropa dan juga perlakuan kasar terhadap pemeluk Kristen Ortodoks Timur. Kekerasan terhadap Kristen Ortodoks ini berpuncak pada penjarahan kota Konstantinopel pada tahun 1024, dimana seluruh kekuatan tentara Salib ikut serta. Selama terjadinya serangan-serangan terhadap orang Yahudi, pendeta lokal dan orang Kristen berupaya melindungi orang Yahudi dari pasukan Salib yang melintas. Orang Yahudi seringkali diberikan perlindungan di dalam gereja atau bangunan Kristen lainnya, akan tetapi, massa yang beringas selalu menerobos masuk dan membunuh mereka tanpa pandang bulu.
Pada abad ke-13, perang salib tidak pernah mencapai tingkat kepopuleran yang tinggi di masyarakat. Sesudah kota Akka jatuh untuk terakhir kalinya pada tahun 1291 dan sesudah penghancuran bangsa Ositania (Perancis Selatan) yang berpaham Katarisme pada Perang Salib Albigensian, ide perang salib mengalami kemerosotan nilai yang diakibatkan oleh pembenaran lembaga Kepausan terhadap agresi politik dan wilayah yang terjadi di Katolik Eropa.
Orde Ksatria Salib mempertahankan wilayah adalah orde Ksatria Hospitaller. Sesudah kejatuhan Akka yang terakhir, orde ini menguasai Pulau Rhodes dan pada abad ke-16 dibuang ke Malta. Tentara-tentara Salib yang terakhir ini akhirnya dibubarkan oleh Napoleon Bonaparte pada tahun 1798.

Peninggalan

Benua Eropa

Perang Salib selalu dikenang oleh bangsa-bangsa di Eropa bagian Barat dimana pada masa Perang Salib merupakan negara-negara Katolik Roma. Perang Salib juga menimbulkan kenangan pahit.[20] Banyak pula kritikan pedas terhadap Perang Salib di negara-negara Eropa Barat pada masa Renaissance.[21][22]

Politik dan Budaya

Perang Salib amat memengaruhi Eropa pada Abad Pertengahan.[23] Pada masa itu, sebagian besar benua dipersatukan oleh kekuasaan Kepausan, akan tetapi pada abad ke-14, perkembangan birokrasi yang terpusat (dasar dari negara-bangsa modern) sedang pesat di Perancis, Inggris, Burgundi, Portugal, Castilia dan Aragon. Hal ini sebagian didorong oleh dominasi gereja pada masa awal perang salib.
Meski benua Eropa telah bersinggungan dengan budaya Islam selama berabad-abad melalui hubungan antara Semenanjung Iberia dengan Sisilia, banyak ilmu pengetahuan di bidang-bidang sains, pengobatan dan arsitektur diserap dari dunia Islam ke dunia Barat selama masa perang salib.
Pengalaman militer perang salib juga memiliki pengaruh di Eropa, seperti misalnya, kastil-kastil di Eropa mulai menggunakan bahan dari batu-batuan yang tebal dan besar seperti yang dibuat di Timur, tidak lagi menggunakan bahan kayu seperti sebelumnya. Sebagai tambahan, tentara Salib dianggap sebagai pembawa budaya Eropa ke dunia, terutama Asia.
Bersama perdagangan, penemuan-penemuan dan penciptaan-penciptaan sains baru mencapai timur atau barat. Kemajuan bangsa Arab termasuk perkembangan aljabar, lensa dan lain lain mencapai barat dan menambah laju perkembangan di universitas-universitas Eropa yang kemudian mengarahkan kepada masa Renaissance pada abad-abad berikutnya.

Perdagangan

Kebutuhan untuk memuat, mengirimkan dan menyediakan balatentara yang besar menumbuhkan perdagangan di seluruh Eropa. Jalan-jalan yang sebagian besar tidak pernah digunakan sejak masa pendudukan Romawi, terlihat mengalami peningkatan disebabkan oleh para pedagang yang berniat mengembangkan usahanya. Ini bukan saja karena Perang Salib mempersiapkan Eropa untuk bepergian akan tetapi lebih karena banyak orang ingin bepergian setelah diperkenalkan dengan produk-produk dari timur. Hal ini juga membantu pada masa-masa awal Renaissance di Itali, karena banyak negara-kota di Itali yang sejak awal memiliki hubungan perdagangan yang penting dan menguntungkan dengan negara-negara Salib, baik di Tanah Suci maupun kemudian di daerah-daerah bekas Byzantium.
Pertumbuhan perdagangan membawa banyak barang ke Eropa yang sebelumnya tidak mereka kenal atau amat jarang ditemukan dan sangat mahal. Barang-barang ini termasuk berbagai macam rempah-rempah, gading, batu-batu mulia, teknik pembuatan barang kaca yang maju, bentuk awal dari mesiu, jeruk, apel, hasil-hasil tanaman Asia lainnya dan banyak lagi.
Keberhasilan untuk melestarikan Katolik Eropa, bagaimanapun, tidak dapat mengabaikan kejatuhan Kekaisaran Kristen Byzantium, yang sebagian besar diakibatkan oleh kekerasan tentara Salib pada Perang Salib Keempat terhadap Kristen Orthodox Timur, terutama pembersihan yang dilakukan oleh Enrico Dandolo yang terkenal, penguasa Venesia dan sponsor Perang Salib Keempat. Tanah Byzantium adalah negara Kristen yang stabil sejak abad ke-4. Sesudah tentara Salib mengambil alih Konstantinopel pada tahun 1204, Byzantium tidak pernah lagi menjadi sebesar atau sekuat sebelumnya dan akhirnya jatuh pada tahun 1453.
Melihat apa yang terjadi terhadap Byzantium, Perang Salib lebih dapat digambarkan sebagai perlawanan Katolik Roma terhadap ekspansi Islam, ketimbang perlawanan Kristen secara utuh terhadap ekspansi Islam. Di lain pihak, Perang Salib Keempat dapat disebut sebuah anomali. Kita juga dapat mengambil suatu kompromi atas kedua pendapat di atas, khususnya bahwa Perang Salib adalah cara Katolik Roma utama dalam menyelamatkan Katolikisme, yaitu tujuan yang utama adalah memerangi Islam dan tujuan yang kedua adalah mencoba menyelamatkan ke-Kristen-an, dalam konteks inilah, Perang Salib Keempat dapat dikatakan mengabaikan tujuan yang kedua untuk memperoleh bantuan logistik bagi Dandolo untuk mencapai tujuan yang utama. Meski begitu, Perang Salib Keempat ditentang oleh Paus pada saat itu dan secara umum dikenang sebagai suatu kesalahan besar.

Dunia Islam

Perang salib memiliki efek yang buruk tetapi terlokalisir pada dunia Islam.[24] Dimana persamaan antara “Bangsa Frank” dengan “Tentara Salib” meninggalkan bekas yang amat dalam. Muslim secara tradisional mengelu-elukan Saladin, seorang ksatria Kurdi, sebagai pahlawan Perang Salib. Pada abad ke-21, sebagian dunia Arab, seperti gerakan kemerdekaan Arab dan gerakan Pan-Islamisme masih terus menyebut keterlibatan dunia Barat di Timur Tengah sebagai “perang salib”. Perang Salib dianggap oleh dunia Islam sebagai pembantaian yang kejam dan keji oleh kaum Kristen Eropa.
Konsekuensi yang secara jangka panjang menghancurkan tentang perang salib, menurut ahli sejarah Peter Mansfield, adalah pembentukan mental dunia Islam yang cenderung menarik diri. Menurut Peter Mansfield, “Diserang dari berbagai arah, dunia Islam berpaling ke dirinya sendiri. Ia menjadi sangat sensitive dan defensive……sikap yang tumbuh menjadi semakin buruk seiring dengan perkembangan dunia, suatu proses dimana dunia Islam merasa dikucilkan, terus berlanjut.”

Komunitas Yahudi

Ilustrasi dalam Injil Perancis dari tahun 1250 yang menggambarkan pembantaian orang Yahudi (dikenali dari topinya yakni Judenhut) oleh tentara Salib
Terjadi kekerasan tentara Salib terhadap bangsa Yahudi[25][26][27] di kota-kota di Jerman dan Hongaria, belakangan juga terjadi di Perancis dan Inggris, dan pembantaian Yahudi di Palestina dan Syria menjadi bagian yang penting dalam sejarah Anti-Semit, meski tidak ada satu perang salib pun yang pernah dikumandangkan melawan Yahudi. Serangan-serangan ini meninggalkan bekas yang mendalam dan kesan yang buruk pada kedua belah pihak selama berabad-abad. Kebencian kepada bangsa Yahudi meningkat.[28] Posisi sosial bangsa Yahudi di Eropa Barat semakin merosot dan pembatasan meningkat selama dan sesudah Perang Salib. Hal ini memuluskan jalan bagi legalisasi Anti-Yahudi oleh Paus Innocentius III dan membentuk titik balik bagi Anti-Semit abad pertengahan.
Periode perang salib diungkapkan dalam banyak narasi Yahudi. Di antara narasi-narasi itu, yang terkenal adalah catatan-catatan Solomon bar Simson dan Rabbi Eliezer bar Nathan, “The Narrative of The Old Persecution” yang ditulis oleh Mainz Anonymus dan “Sefer Zekhirah” dan “The Book of Remembrance” oleh Rabbi Ephrain dari Bonn.

Pegunungan Kaukasus

Orang Armenia merupakan pendukung setia Tentara Salib.[29] Di Pegunungan Kaukasus di Georgia, di dataran tinggi Khevsureti yang terpencil, ada sebuah suku yang disebut Khevsurs yang dianggap merupakan keturunan langsung dari sebuah kelompok tentara salib yang terpisah dari induk pasukannya dan tetap dalam keadaan terisolasi dengan sebagian budaya perang salib yang masih utuh. Memasuki abad ke-20, peninggalan dari baju perang, persenjataan dan baju rantai masih digunakan dan terus diturunkan dalam komunitas tersebut. Ahli ethnografi Rusia, Arnold Zisserman, yang menghabiskan 25 tahun (1842 – 1862) di pegunungan Kaukasus, percaya bahwa kelompok dari dataran tinggi Georgia ini adalah keturunan dari tentara Salib yang terakhir berdasarkan dari kebiasaan, bahasa, kesenian dan bukti-bukti yang lain. Penjelajah Amerika Richard Halliburton melihat dan mencatat kebiasaan suku ini pada tahun 1935.

Film : The Imitation Game (2014)

Ini adalah kisah nyata dari seorang ahli kode bernama Alan Turing (Benedict Cumberbatch). Di sekitar tahun 1941 ketika terjadi perang dunia kedua, Alan Turing ikut bergabung kedalam misi rahasia yang diemban oleh kerajaan Inggris. Alan Turing yang juga seorang lulusan Universitas Cambridge, sangat gemar dalam hal memecahkan kode-kode rahasia yang telah ditekuninya sejak remaja.
Tugas rahasia ini yaitu memecahkan kode dari mesin pesan Enigma milik Jerman. Mesin pesan ini memiliki kode yang sangat rumit untuk dipecahkan, digunakan untuk mengirim pesan perintah tentara Nazi Jerman yang menjadi musuh utama Britania Raya. Alan Turing dan tim ahli enksripsi harus memecahkan kode pesan yang memiliki kemungkinan sebesar 159 triliun kode setiap harinya. Ini tentu hal diluar batas kemampuan manusia.
2014, THE IMITATION GAME
Untuk menyelesaikan tugas tersebut, akhirnya Alan Turing membuat mesin yang mampu memecah kode Enigma. Selain rancangan mesin tersebut sangat rumit, Alan Turing juga membutuhkan dana yang sangat besar yaitu 100 ribu poundsterling. Hal ini mendapat penentangan dari komandannya Alastair Denniston (Charles Dance), yang dan meragukan Alan Turing untuk benar-benar mewujudkan mesin tersebut.
Alan Turing semakin diragukan dan bahkan dicurigai sebagai mata-mata Uni Soviet karena sikapnya yang berbeda dari teman-teman setimnya. Alan cenderung ingin bekerja sendiri, enggan bergaul dan selalu merasa paling benar. Tapi Alan justru mendapat dukungan kuat dari panglima jenderal Stewart Menzies (Mark Strong)  dan perdana menteri Inggris Sir Winston Churchill yang melihat ide-ide Alan memang sangat brilian. Bahkan Alan ditunjuk sebagai ketua dalam tim pemecah kode di Bletchley dan memiliki kewenangan untuk menentukan rencana kerja dalam timnya tersebut.
Kesulitan Alan bergaul membuatnya dikucilkan. Rekan-rekan setimnya mencurigai ada sesuatu hal yang sangat dirahasiakan dalam diri Alan Turing. Begitu pula dengan komandan Denniston yang sejak awal meragukan Alan Turing. Tapi hal tersebut akhirnya mulai cair setelah hadirnya anggota baru, seorang wanita cantik ahli matematika bernama Joan Clarke (Keira Knightley). Clarke seolah menjadi kunci sukses Alan meraih kepercayaan dari rekan-rekan dan atasannya itu. Meski rekannya tak lagi mencurigai Alan sebagai mata-mata, namun Alan memang masih menyembunyikan rahasia besar tentang jati dirinya. Apakah rahasia besar yang disembunyikan Alan Turing tersebut ?

Penuh Intrik, Drama Sejarah Bertaut Pesan-pesan Moral

1
Apa yang kita inginkan dari sebuah film bergenre drama sepertinya sudah sangat lengkap dihadirkan dalam film The Imitation Game. Apalagi film ini diangkat dari kisah nyata yang alurnya tak memiliki perbedaan dari kisah aslinya, untuk plot cerita tentu tak ada yang berlebihan. Imitation Game mengangkat kisah nyata pencetus mesin Turing dengan menyorot banyak angle konflik. Selain sejarah perang, konspirasi rahasia, juga mencakup kehidupan pribadi dan sosial dari seorang Alan Turing.
Morten Tyldum memilih aktor yang tepat untuk memerankan tokoh utama di film ini. Seorang aktor Inggris dengan aksen British yang kental dan perangai misterius dari Benedict Cumberbatch sukses menggambarkan pribadi seorang Alan Turing. Untuk film kali ini, Benedict Cumberbatch sepertinya punya kejutan yang belum pernah disaksikan oleh penggemarnya, bagaimana ia memerankan karakter unik dengan penuh penjiwaan dengan luapan-luapan emosi yang membuat penonton ikut dalam suasana. Bahkan kita akan tak pernah menyangka sebelumnya, saat sang aktor bisa menangis tersedu atau ketika anda merasa gemas dengan karakter sombong Alan Turing yang ia mainkan.
4
Banyak pesan moral yang disampaikan dalam film, bisa dikutip dari beberapa quotes yang diucapkan para aktor. Seperti ketika Joan Clarke mengatakan “Now, if you wish you could have been normal… I can promise you I do not. The world is an infinitely better place precisely because you weren’t.,” yang tentunya mengartikan bahwa menjadi unik dan berbeda justru terkadang adalah hal yang terbaik. Atau quotes lain dari Alan Turing saat berkata “Do you know why people like violence? It is because it feels good. Humans find violence deeply satisfying. But remove the satisfaction, and the act becomes… hollow,” yang menunjukan sebagian orang memang senang membuat kekacauan demi kepuasan dari reaksi kekacauan yang dibuatnya.
Tak heran jika film ini menyabet 39 penghargaan di berbagai festival film Internasional.The Imitation Game juga telah dinominasikan dalam delapan kategori untuk piala Oscaar di Academy Awards 2015. The Imitation Game pastinya jadi salah satu film yang wajib anda nonton terutama bagi penggemar film drama juga film based-true-story. Tunggu tanggal main The Imitation Game di bioskop-bioskop kesayangan anda bulan Januari ini.
5
Tanggal Rilis: 17 Januari 2015 (Indonesia, midnight)
Genre: Historical Thriller
Durasi: 114 menit
Sutradara: Morten Tyldum
Pemain: Benedict Cumberbatch, Keira Knightley, Matthew Goode, Mark Strong, Charles Dance, Allen Leech, Matthew Beard, Rory Kinnear
Studio: Black Bear Pictures, Bristol Automotive

Film : Unbroken (2014)

Movie Review: Unbroken (2014)

"If you can take it, you can make it."

Pernyataan terkait keinginannya untuk pensiun dari dunia film sebagai aktris tentu saja menjadikan kita semakin yakin bahwa Angelina Jolie sudah jatuh cinta untuk berkarya di balik layar sebagai sutradara, profesi yang sudah ia mulai tiga tahun yang lalu. Ada sebuah pertumbuhan yang menarik dari seorang Angelina Jolie di film keduanya sebagai sutradara ini namun sayangnya ibarat seorang pematung ia merupakan sosok yang mampu mengolah sebongkah kayu menjadi berbagai bentuk yang menarik tapi celakanya ia belum mampu memolesnya untuk tampak menarik dan memikat dalam jangka waktu yang lama. Unbroken, a stiff biography which can't toying his audience.


Di masa kecilnya Louis Zamperini (Jack O'Connell) merupakan anak laki-laki yang terbilang nakal, sering membuat kekacauan, mencuri dan merokok, hingga mengintip rok anak perempuan. Tapi kelakuannya yang terakhir tadi justru menjadikan bakat dari pria dengan nama panggilan Louie ini menangkap atensi keluarganya. Dengan dorongan dari abangnya Louie  memutuskan untuk menjadi seorang pelari dan hebatnya bakat yang berhasil membawanya menuju Olimpiade dan meraih julukan sebagai “The Torrance Tornado”, meskipun pecahnya Perang Dunia II menjadi penghalang yang memaksanya untuk bergabung dengan Angkatan Udara. 

Di profesi barunya itu Louie dengan cepat memperoleh teman baru, Russell "Phil" Phillips (Domhnall Gleeson), Francis "Mac" McNamara (Finn Wittrock), dan Charlton Hugh Cupernell (Jai Courtney). Namun celakanya mereka pula yang membawa Louie kedalam masalah baru ketika pesawat yang mereka katakana layak terbang untuk digunakan dalam operasi search and rescue mengalami kerusakan pada mesin dan menyebabkan mereka terombang-ambing di Samudra Pasifik. Tapi sudah jatuh masih pula tertimpa tangga, setelah mengalami kecelakaan Louie dan teman-temannya kini berada didalam kekuasaan tentara Jepang yang meskipun memberikan pertolongan namun dibawah komando Mutsuhiro Watanabe (Miyavi) tetap menaruh curiga pada mereka.


Setiap tahunnya pasti akan selalu ada film dengan tipikal seperti ini, film yang memiliki komposisi awal sangat menjanjikan baik itu dari segi sutradara, penulis, cerita, hingga para pemeran serta sosok-sosok lain di divisi teknis, akhirnya menjadikan banyak orang mulai mengantisipasinya dan tenggelam dalam hype, namun ketika ia benar-benar muncul boom hiburan yang ia berikan terasa tidak istimewa. Oscar bait, begitu panggilan yang akrab digunakan oleh para moviegoers, film yang disokong dengan hype tinggi dengan incaran utama tentu saja menjadi bagian besar dari ajang-ajang penghargaan di akhir tahun. Tidak ada yang salah dengan hal tersebut dan jika menilik komposisi dasar film ini juga sangat layak untuk mencoba melakukan hal tadi namun yang menjadi masalah adalah ia tidak berakhir di posisi teratas. Tengah? Urgh, mungkin hampir.

Dengan durasi dua jam lebih yang ia miliki Unbroken kurang berhasil memberikan hiburan yang sesuai dengan materi yang ia miliki. Ada Angelina Jolie di posisi terdepan sebagai senjata utama, kemudian ia juga punya Richard LaGravenese dan William Nicholson, dua penulis dengan nominasi Oscar di kantong mereka, dan semua semakin menjanjikan ketika Joel Coen dan Ethan Coen masuk kedalam  tim untuk memberikan sentuhan di naskah setelah Jolie bergabung. Hanya itu? Tidak, di score ia punya Alexandre Desplat, dan itu semakin lengkap karena tatanan visual berada di tangan Roger Deakins, serta editing berada di bawah kendali dua sosok yang pernah ambil bagian di Argo, Zero Dark Thirty, Life of Pi, hingga Transformers. Terus apa gunanya membahas hal-hal teknis tadi? Karena apa yang mereka berikan secara individual pada dasarnya tidak mengecewakan, namun cara Angelina Jolie mengendalikan mereka yang terasa mengecewakan.


Membosankan? Mungkin. Monoton? Ya. Ini seperti menyaksikan dongeng tentang putri salju tanpa didampingi tujuh kurcaci, menarik tapi tidak mampu menjadikan objek yang ia gambarkan terus menerus mencuri perhatian. Kita punya alur maju dan mundur disini yang pada dasarnya dapat dimanfaatkan untuk menampilkan dramatisasi yang lebih baik lagi, tapi celakanya disini ia hanya berfungsi sebagai sebuah media yang menyampaikan hubungan sebab akibat. Babak awal terhitung oke tapi setelah itu sulit untuk merasakan urgensi dalam cerita, Jolie terasa kurang tangkas dan cekatan dalam mempermainkan materi-materi lezat yang ia miliki. Terlalu kaku dan kemudian salah fokus, mungkin itu dua masalah utamanya, Jolie seperti ingin bercerita banyak termasuk dengan highlights untuk menangkap perjuangan yang dilakukan oleh Zamperini, itu berhasil tapi celakanya tidak meninggalkan kita sesuatu yang benar-benar menakjubkan.

Bukan berarti saya tidak menghargai rasa percaya diri dari seorang Angelina Jolie untuk kembali mencoba mengendalikan sebuah film, bahkan di percobaan keduanya ini ia menunjukkan sebuah pergerakan ke arah positif, tapi sayangnya ia memilih proyek yang salah. Unbroken punya materi yang masih terlalu berat untuk di tangani oleh seorang Angelina Jolie, dan hasilnya ia gagal menjadi sebuah biografi yang meskipun tidak mampu menginspirasi tapi at least harus mampu meninggalkan semangat perjuangan yang menarik. Cerita yang bergerak maju dan mundur tidak begitu buruk, bahkan dari segi visual ia juga sangat mudah untuk di nikmati dan di kagumi, namun setelah pembukaan yang menarik itu Unbroken tidak berkembang dengan baik, karakter dan cerita terasa stuck, banyak momen yang terasa monoton bahkan hambar, ada grafik menurun yang konsisten hingga mencapai titik akhir yang juga tidak berhasil meninggalkan dampak yang besar.


Mungkin hal menarik lainnya dari film ini di luar nilai positif dari beberapa elemen teknis adalah penampilan Jack O'Connell. Dari segi karakterisasi mungkin tidak ada sebuah gebrakan baru yang Jack tampilkan disini karena dari This Is England, Skins, hingga yang terbaru Starred Up sudah cukup hafal bahwa peran keras dan pemberontak merupakan makanan lezat baginya. Yang menarik perhatian adalah kemampuannya untuk terus menjaga perhatian penonton pada karakter Louie dibalik “kekacauan” yang terjadi di sekitarnya. Beberapa peristiwa tentang kehidupan seorang Louie berhasil ditampilkan dengan baik oleh Jack O'Connell meskipun memang kesan penting dari apa yang ia alami itu tidak terbakar dengan baik karena tidak mampunya Angelina Jolie mengatur dinamika cerita, terkesan terburu-buru di satu bagian yang memerlukan kedalaman tapi justru memilih berlama-lama di bagian yang tidak membutuhkan kedalaman yang berlebihan.


Overall, Unbroken adalah film yang kurang memuaskan. Visi menjadi masalah utama dimana walaupun telah menunjukkan pertumbuhan yang positif sebagai sutradara namun disini Angelina Jolie masih kaku dan bingung pada seperti apa kisah ini ingin ia sampaikan sehingga menyebabkan petualangan yang seharusnya meninggalkan kesan mendalam terkait kehidupan ini seperti menyia-nyiakan materi empuk yang ia miliki sejak awal. Tidak ada kesalahan fatal dari segi teknis bahkan berhasil menyelamatkan film ini dari jurang kehancuran total, tapi eksekusi yang tampak bermain aman dan terasa kurang bertaji dari seorang Angelina Jolie menjadikan Unbroken berakhir sebagai biografi yang terasa biasa saja, lemah di visi dan miskin imajinasi dan sensasi.


Film : The Other Boleyn Girl




Thomas Boleyn (Mark Rylance) adalah seorang ayah dari 3 anak. Anne Boleyn (Natalie Portman) yang periang dan suka mencari tantangan, Mary Boleyn (Scarlett Johannson) pendiam dan penurut dan selalu berada di bawah bayang-bayang Anne yang dominan. dan George Boleyn (Jim Sturgress ). Ia dan ketiga anaknya, tinggal bersama istrinya Elizabeth (Kristin Scott Thomas) di sebuah desa.
Thomas memiliki seorang adik ipar bernama Thomas Howard, seorang bangsawan yang bergelar Duke of Norfolk yang licik dan sangat berambisi untuk bisa menjadi bangsawan kaya raya. Dia selalu menghasut abang iparnya agar mencari jodoh pria-pria kaya untuk kedua anak gadisnya yang cantik jelita. Setiap keluarga menggunakan anak mereka untuk bisa meraih status social yang lebih tinggi di masa itu. Akhirnya, Mary dilamar oleh William Carey (Benedict Cumberbatch), seorang anak pedagang kaya. Pernikahannya dilaksanakan dengan meriah dan Mary sangat mencintai pria itu.

Sementara itu, di istana, permaisuri Katherine of Aragon (Ana Torrent) menderita tekanan batin karena tidak bisa memberikan keturunan laki-laki sebagai pewaris kerajaan. Anak yang terakhir dilahirkannya yang berjenis kelamin lelaki, tapi sayangnya meninggal.. Raja Henry VIII (Eric Bana), sangat marah dan kecewa karena itu. Dia sudah terlalu lama menunggu hadirnya seorang putera sebagai pewaris kerajaannya. Akibatnya, hubungan antara Raja dan Ratu mulai memburuk. Duke of Norfolk melihat hal ini sebagai kesempatan untuk bisa meraih impiannya. Dia beranggapan kalau raja akan segera mencari hiburan dengan mengambil seorang gundik. Kemudian dia menghasut abang iparnya itu, mulai berancang-ancang untuk menyodorkan putri sulungnya yang belum menikah, Anne sebagai salah satu calon gundik raja.

Tujuannya tak lain agar derajat nya bertambah dan kekayaan mereka bertambah. Ayahnya setuju, lalu membujuk Anne agar mau mencoba, sebelum keluarga-keluarga bangsawan lainnya menyadari. Awalnya Anne tidak setuju, tapi ayahnya membujuk dengan setengah memaksa. Agar keluarga mereka bisa kaya dan naik statusnya. Thomas juga berhasil memaksa istrinya menyetujui rencananya, untuk menyelenggarakan pesta di rumah mereka dengan tujuan untuk memancing perhatian raja kepada Anne yang cantik. Istrinya mula-mula tidak setuju, karena untuk mengundang raja akan butuh biaya pesta yang sangat besar, tapi Thomas tetap memaksa. Didukung oleh Thomas Howard.

Anne yang mula-mula tidak setuju, akhirnya mengalah dan bertekad untuk bisa melaksanakan tugas yang diberikan ayahnya, untuk menundukkan raja Inggris, itu dengan baik. Dia menjadikan tugas itu sebagai tantangan yang menarik.

Akhirnya raja pun datang berkunjung untuk memenuhi undangan pesta keluarga Boleyn. Lengkap dengan sepasukan besar prajurit pengiringnya. Seluruh keluarga itu bersiap-siap menyambutnya. Dan Thomas pun memperkenalkan Anne, tapi mengabaikan Mary, karena dia sudah menikah. Ibunya hanya bisa memandang sedih melihat putri mereka diperlakukan seperti dagangan oleh ayahnya.

Keesokan harinya, raja mengadakan perburuan. Anne juga ikut dengan menunggang kudanya sendiri. Raja memandangnya dengan heran. Karena hal seperti itu tidak lazim pasa masa itu. Tapi ternyata perburuan itu membawa bencana. Raja terluka, ketika berusaha menolong Anne. Padahal Anne sangat mahir dalam berburu. Jadi, Anne selamat dan Raja terluka. Akibatnya, harga diri Raja sangat terluka.

Thomas Howard lalu menghasut abang iparnya agar menyodorkan Mary saja, karena takut Raja sudah membenci Anne karena kejadian itu. Maka Mary pun diminta merawat luka-luka raja. Dengan malu-malu dan risih, Mary menerima. Karena sebenarnya dia sudah berstatus istri orang. Dan ternyata, raja lebih terpesona kepada Mary dan memintanya untuk bekerja sebagai dayang di istana. Semua orang memahami, bahwa itu artinya dia ingin mengangkat Mary sebagai gundik. Sementara suaminya ditugaskan sebagai dewan penasihat raja. William setuju dengan berat hati karena dipaksa oleh Duke Norfolk, dan tidak bergeming bagaimanapun Mary membujuknya agar menolak tawaran itu. Mary meminta agar Anne saja yang dikirim. Tapi, ayahnya memaksa agar ia juga ikut pergi ke istana.

Sementara Anne sendiri jadi membenci Mary. Dia menganggap adiknya itu telah merebut calon suaminya. Dia tidak perduli ketika Mary berusaha membantah hal itu. Dan menjelaskan bahwa kebetulan memang raja menginginkan seorang wanita yang pendiam dan penurut seperti dirinya. Tidak seperti Anne yang riang dan mandiri, dan seperti tidak membutuhkan bantuan laki-laki.

Akhirnya Mary dan Anne pun dikirim untuk bekerja di istana dan bekerja sebagai dayang permaisuri. Permaisuri yang terkejut menerima kedatangan mereka. Dan segera menyadari kalau raja menginginkan Mary menjadi gundiknya. Dan dia tidak menyukainya, tapi tidak menganggap Mary sebagai ancaman. Karena pembawaannya yang pendiam dan lugu.

Di istana, William pura-pura menutup mata dan tidak mengetahui kalau istrinya tidur dengan raja. Dia sendiri merasa kalau suasana istana ini tidak menyenangkan untuknya.
Begitu ayah dan pamannya meyakini kalau raja sudah sangat terpesona dengan Mary, mereka mulai mempersiapkannya sebagai pengganti permaisuri. Perlahan-lahan, Mary juga mulai menyenangi hubungannya dengan raja itu. Dan tidak perduli lagi dengan suaminya. Dan William pun ditugaskan ke tempat yang jauh dari istana.

Sementara itu, karena putus asa Anne menikah diam-diam dengan Henry Percy (Oliver Coleman), seorang bangsawan yang telah bertunangan dengan Mary Talbot (Tiffany Freisberg). Dengan tujuan, agar ia bisa memperoleh status sebagai istri bangsawan. Mary memberitahukan hal ini kepada ayahnya. Ayah dan pamannya sangat marah. Pernikahan itu dianggap tidak sah dan mengirim Anne ke Prancis untuk diasingkan. Dan Anne sangat membenci Mary karena membocorkan berita ini kepada ayah mereka.

Akhirnya Mary menunjukkan tanda-tanda kehamilan. Dengan gembira raja menyampaikan sendiri kabar ini kepada Thomas Boleyn. Sebagai hadiah, keluarga mereka mendapat kenaikan status, ayahnya mendapat gelar Earl, abangnya mendapat gelar Viscount dan mereka diberi sebuah istana. Ayahnya memutuskan bahwa George akan dijodohkan dengan Jane Parker (Juno Temple), yang masih kerabat dekat raja. Hal ini untuk semakin memantapkan posisi mereka di istana. George menolak karena ia tidak mencintainya tapi akhirnya terpaksa menuruti kehendak ayahnya.

Ternyata rahim Mary lemah, anak yang dikandungnya hampir saja gugur. Maka untuk menghindari hal itu, tabib istana memutuskan kalau ia pun harus dipingit dan tidak bisa tidur bersama raja. Hal ini meresahkan pamannya, mengingat tabiat Henry yang senang bergonta-ganti wanita. Mereka mencari cara agar perhatian raja tidak teralih kepada wanita lain.

Dengan itu, Thomas Boleyn meminta Anne kembali dari Prancis, sesuai dengan saran Lord Norfolk. Anne ditugaskan untuk menghibur raja sekaligus menjaga agar perhatiannya tetap tercurah kepada Mary, selagi dia terpingit untuk menjaga kandungannya. Anne melihat hal ini sebagai kesempatan baginya, untuk mengambil alih posisi adiknya, Mary.

Di Prancis, Anne telah belajar bagaimana caranya menjadi wanita bangsawan yang pintar menarik perhatian pria. Seorang wanita mandiri yang tahu bagaimana caranya membuat pria tersanjung dan sekaligus mampu memahami politik dan intrik istana. Perubahan sikapnya telah membuat raja telah memaafkan perbuatannya dulu dan menerimanya kembali di istana.

Mary yang mengetahui kabar ini menjadi resah. Karena dia mengetahui apa yang bisa dilakukan Anne untuk merebut perhatian Raja darinya. Tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa karena sedang dipingit, untuk menjaga kehamilannya. Dan Raja yang kesepian karena tidak bisa bertemu dengan istrinya, perlahan-lahan mulai terpikat pada sosok Anne yang menarik. Dengan kelihaiannya, Anne berusaha memikat Raja. Lalu Henry mengirimkan sebuah bros permata untuk Anne, dengan harapan Anne bersedia menyerahkan dirinya kepada Raja. Anne yang punya rencana licik, mengirimnya kembali kepada raja. Henry semakin penasaran dan bersedia melakukan apapun, agar Anne mau tidur dengannya.

Sementara itu, hubungan Anne dan Mary semakin memburuk. Anne mengunjungi kamar Mary dan menggunakan kesempatan itu untuk membuat Mary kesal. Ia mengatakan kalau Raja sedang mengejar-ngejar dirinya dan tidak memperdulikan keadaan Mary yang sedang dipingit.

Akhirnya Mary melahirkan anaknya. Ketika proses itu sedang berlangsung, Henry berlutut di hadapan Anne dan menyatakannya sebagai cinta sejatinya. Dengan berjanji, bahwa ia tidak akan berbicara atau berhubungan dengan Mary ataupun permaisuri lagi. Hanya dengan Anne. Asalkan Anne mau berhubungan dengannya. Ia bahkan mengambaikan anak Mary dan pergi begitu saja.
Paman dan ayahnya sangat marah melihat hal itu. Dan dengan kejam, Anne memberitahu Mary kalau ia dan bayi haramnya akan dikirim ke kampung halamannya. Dan raja menyetujuinya.

Anne mempunyai harapan yang lebih tinggi dari Mary. Kalau Mary sudah bahagia hanya dengan menjadi gundik raja, Anne ingin menjadi permaisuri dan menyingkirkan ratu yang masih hidup saat itu. Ratu Katherine memandangi kepergian Mary dari jendela. Ia menyadari ada hal lain yang akan terjadi. Setelah kepergian Mary, raja kembali menanyakan apakah Anne akan bersedia tidur dengannya.

Anne mengajukan syarat, bahwa ratu Katherine harus disingkirkan dari istana. Bahwa Raja harus mengirim Ratu Katherine ke biara. Dan ia ingin menikah secara resmi dengan Henry. Hal itu sebenarnya tidak mungkin, karena raja hanya bisa memiliki seorang istri sah. Anne menyarankan agar raja menceraikan Ratu Katherine.

Tiba-tiba, raja menerima sebuah surat dari Mary Talbot yang berisi pengajuan cerai, karena suaminya, Henry Percy diketahui telah tidur dengan Anne Boleyn, sebelum menikah dengannya. Raja sangat marah. Dia tidak mau bertemu dengan siapapun dari keluarga Boleyn, kecuali Mary yang sangat dipercayainya. Anne berusaha membujuk Mary agar mau berbohong deminya, dan membantah hal itu. Mary bersedia. Anne sangat berterimakasih. Tapi Mary mengatakan kalau ia hanya melakukan hal itu sebagai tawaran berdamai dengan saudarinya. Dan Anne meminta agar Marypun kembali tinggal di istana.

Pengadilan terhadap Ratu Kathernie pun dilakukan, dengan tujuan untuk mengirim ratu ke biara. Tapi Ratu menolak pengadilan itu dan menuntut untuk bicara langsung kepada Paus. Tapi tetap saja raja mengirimnya ke biara. Dan mengabaikan risiko bahwa Inggris akan dikucilkan Katolik dan terancam dikuasai Protestan. Raja yang sudah terpikat dengan Anne, akhirnya menyetujui saja semua persyaratan Anne, asalkan ia bersedia tidur dengannya.

Anne dan Henry pun menikah, dan Anne diangkat menjadi ratu. Tapi dia tidak bisa melahirkan seorang putera juga. Anak pertamanya perempuan, diberi nama Elizabeth. Ketika itu, Raja sudah mulai kehilangan perhatian padanya dan mendekati wanita lain, Jane Seymour (Corinne Galloway). Dia berusaha untuk hamil lagi. Namun kali ini, Anne mengalami keguguran. Karena ketakutannya, Anne meminta agar saudaranya, George tidur dengannya agar dia bisa hamil lagi, sebelum raja mengetahui tentang keguguran yang dialaminya.

Mary begitu terkejut dan kecewa melihat keinginan Anne, hingga akhirnya dia memutuskan untuk pergi meninggalkan istana malam itu juga. Sambil berdoa agar Tuhan memafkan dosa besar yang akan diperbuat abang dan kakaknya. Tanpa sepengatahuan mereka, Jane Parker melihat Anne dan George berduaan di tempat tidur. Walaupun sebenarnya tidak terjadi apa-apa, karena George tidak mampu memenuhi keinginan Anne.

Tapi, Jane yang merasa ditelantarkan oleh George, mengadukan perbuatan ini kepada raja. Raja sangat murka dan meminta agar Anne segera diadili dengan tuduhan melakukan incest. Pamannya, Lord Norfolk termasuk salah seorang dari bangsawan yang menyatakan Anne bersalah dan dihukum pancung.

George mendapat hukuman pancung terlebih dahulu, menyusul kemudian Anne. Meskipun Mary datang menghadap Raja, untuk memohon agar saudarinya itu dibebaskan, tapi raja tidak mengabulkannya. Anne tetap dihukum pancung, dan Mary diusir dari istana. Dia tidak diperbolehkan lagi datang, kalau ia datang, maka ia akan dihukum juga.

Setelah pemancungan itu, Mary membawa putri Anne, Elizabeth, pergi dari istana. Sir Thomas Boleyn meninggal karena malu dan sedih dua anaknya tewas dihukum pancung. Sementara pamannya, Lord Norfolk, dipenjara. Sejarah mencatat, tiga keturunannya, anak-cucu-cicit, tewas dipancung karena kasus penghianatan.

Mary Boleyn menikah lagi dengan William Stattford dan memilih untuk tinggal di desa, membesarkan putranya dan putri Anne, Elizabeth.Elizabethlah yang kemudian akan memerintah Inggris selama 45 tahun.

 

 

Template by BloggerCandy.com | Header Image by Freepik